Rabu, 27 Mei 2015

ThankYouGod



Hari ini Rendi sedikit berbeda denganku. Dia sangat dingin, seakan akan kita gak punya hubungan apa apa. Difikiranku aku selalu bertanya tanya apa semua salahku? Setiap kali kami bertengkar pasti kami selalu baikan dengan cepat. Tapi sekarang semuanya menjadi cuek seakan akan tidak peduli.
“Cha, ke atas gedung sekolah yuk”
“Untuk apa?”
“Ikut aja yuk”
 Rendi mengajakku ke gedung sekolah. Apa dia ingin membunuhku. Mana mungkin dia membunuhku dia kekasihku. Aku berfikir terlalu bodoh. Di otakku banyak pertanyaan pertanyaan aneh. Sesampainya kami di atas gedung. Aku melihat indahnya kota Jakarta. Ingin rasanya aku teriak kenang melepas sakit hatiku dengan Rendi.
“Ren, aku boleh tanya sama kamu?”
 “Apa?”
“Apa kamu masih mencintaiku?”
 “Iya, aku mencintaimu, kamu kenapa nanya kaya gitu?”
“Aku takut, kehilanganmu dan kamu lebih mencintai sahabatku.
 “Maksud kamu apa si Cha? Ko ngomong kaya gitu sih”
“Aku Cuma nanya aja ko, kamu ngapain ngajak aku ke sini?’
 “Kamu liat di bawah sana sangat luas, ketika kamu kehilangan seseorang ingat masih banyak di sekelilingmu yang menyayangimu”
“Maksud kamu?”
 “Pada akhirnya semua akan berakhir”
Aku tidak mengerti apa yang di bicarakan Rendi. Aku tidak kuat menahan air mataku. Aku menjatuhkan air mataku di depan Rendi. Apa sebentar lagi aku akan kehilangan Rendi? Aku sangat mencintainya. Mana mungkin aku bisa melepasnya. Bukan kah dia mencintaiku juga? Apa semua ini akan berakhir?
Rendi mengusap air mataku. Dan dia selalu berkata “Sampai kapanpun aku akan tetap di sampingmu Cha, walau pada saatnya semua akan berakhir”. Aku hanya menatap hamparan kota. Angin yang sejuk membuat hatiku terasa nyaman. Aku selalu berfikir, aku tetap mencintaimu Ren samapai kapan pun itu. Aku menahan air mataku seakan akan aku baik baik saja.   
********
Sore ini aku ingin ke Kafe untuk menghibur hatiku yang gunda gulana. Suasana di Kafe ini tidak terlalu ramai. Tempat ini sangat tepat untuk menyendiri. Aku memilih duduk di pojok kiri. Di sana ada meja yang membelakangiku. Kenapa aku memilih di pojok kiri, karena tempat ini sangat nyaman untuk menyendiri hehe.
Tidak lupa di tas merahku ada beberpa novel baru yang akan aku baca. Aku sedang asyik membaca tetapi orang yang berada di depanku. Perempuan dan lelaki sedang bertengkar. Aku tidak tau apa mereka seorang pasang kekasih atau bukan.
“Kamu mau kan jadi pacar aku?”
 “Aku gak mungkin bisa sama kamu, pacar kamu itu sahabatku”
“Aku akan putusin dia, aku tidak mencintainya. Kamu pasti mencintaiku”
 “Tapii”
“Buat apa aku mencintai sahabatmu? Kalau aku mencintai kamu bukan mencintai dia”
 “Hubungan kalian sudah hampir satu tahun jadi tidak mungkin kalian berpisah begitu cepat”
“Semua bisa terjadi, karena aku memang tidak cocok dengannya, dan aku benar benar mencintaimu”
 “Secepat itu kamu melupakan dia”
“Aku tidak peduli, aku mencintaimu”
Aku mengenali suara itu, aku sangat kenal. Seperti suara Rendi dan Fitri tapi apa mungkin itu mereka. Aku ingin melihat tapi mana mungkin. Aku mencoba menghubungi Fitri.
“Hallo Fit, kamu di mana?”
 “Aku di rumah Cha”
“Bener kamu di rumah?”
 “Iya aku di Rumah, kenapa?”
“Kirain lagi sama Rendi”
 “Mana mungkin aku sama Rendi, kamu kan pacarnya?”
“Oh iya deh Fit”
Aku terus memperhatikan meja di depanku. Namun suasana menjadi hening. Di depanku sudah tidak ada orang. Tapi aku melihat dari kejauhan mereka sudah keluar dengan bergandenganan tangan. Aku seperti mengenalinya. Tapi sudah lah aku tidak memikirkan itu. Aku yakin itu bukan Fitri dan Rendi.
**********
“Chaca”
 “Putri, kamu ko bisa ada di rumah aku?”
“Hehe iya, aku lagi mau liburan ke sini, aku kangen kamu”
 “Aku juga kangen kamu Put”
“Oiya, Fitri mana, tumben gak main ke sini?”
 “Aku gak tau deh, dia katanya sibuk sama sekolahnya”
 “Sama pacarnya kali hhaha”
“Emang Fitri punya pacar ya?”
 “Iya Rendi kan pacarnya?”
“Rendi?” Hatiku terasa sakit dan sangat sakit. Apa ini Rendi pacarku sendiri?
 “Iya, Rendi temen kamu yang waktu itu kita ketemu di Mall”
 “Hah? Yang bener kamu”
Ternyata benar Rendi dan Fitri benar benar pacaran. Mereka benar benar mengkhianatiku. Aku tidak tau apa yang aku rasa saat ini,memang sakit ini terlalu sakit untukku. Aku terus mencoba menghubungi Rendi tapi nomernya selalu tidak aktif. Kemana Rendi? Apa dia sedang bersama Fitri?
**********
Aku hanya diam di depan Rendi dan menatap kota Jakarta dari atas gedung sekolah, aku tidak ingin berbicara dengannya. Aku sudah benci dengannya.
“Chaca, kamu kenapa, jangan diem aja dong?”
“Kamu jujur sama aku”
 “Maksud kamu Cha?”
“Udah Ren, tolong kamu jujur sama aku”
 “Aku minta maaf Cha, kalau selama ini aku nyakitin kamu. aku sayang sama kamu”
“Aku lebih sayang sama kamu Ren”
Aku gak nyangka hari ini Rendi memutuskan untuk berpisah denganku. Degg.. hatiku terasa sangat hancur, seperti di tusuk pisau. Aku tidak bisa menahan air mataku yang akhirnya jatuh di hadapan Rendi. Rasa sakit yang aku rasakan sama seperti dulu yang pernah aku rasakan.
     Aku berusaha untuk mempertahankan hubungan ku dengannya agar baik baik saja tetapi semuanya sia sia. Rendi tetap memutuskan untuk pergi dengan alasan yang tidak jelas.
  “Cha aku yakin ini yang terbaik untuk kita?”
“Aku sangat mencintai mu Ren”
  “Aku pun sangat mencintaimu, tapi aku udah gak bisa lanjutin hubungan ini”
“Aku harus apa? Aku tidak ingin kehilanganmu”
 “Maafin aku ya cha, aku sayang kamu”
“Di mana janji janji kamu yang dulu?”
 “Maafin aku cha, kamu cari yang lebih baik dari aku. Aku yakin kamu akan menemukan yang lebih baik dari aku”
“Yasudah lah, aku tidak bisa memaksamu untuk tetap bersamaku”
 “Jaga diri kamu baik baik ya cha, aku sayang kamu”
“Tinggalin aku sendiri Ren, aku sudah tau kamu pasti lebih memilih Fitri”
“Kamu tau dari mana?”
 “Aku sudah tau sejak lama, kalian pernah ke Kafe bersama? Kalian tidak sadar. Di belakangmu ada aku yang mendengar pembicaraan kalian”
“Aku minta maaf Cha, tapi aku bener sayang sama kamu”
 “Tinggalin aku sendiri”
“Tapi Cha”
           Aku hanya bisa menangis saat ini, seseorang yang aku cintai dia telah pergi. Aku menangis di atas gedung tanpa seoarang pun yang tau. Aku tidak tau seperti apa aku nantinya. Kehilangan sosok Rendi yang selalu bersamaku dalam keaadan apa pun, yang setia menjagaku dan kini dia telah pergi.
           Rasanya hari ini tiada berarti. Semua terasa sepi. Aku menatap langit langit di kamarku. Air mata yang terus mengalir tanpa mampu aku menahan semua yang ku rasa. Aku hanya ingin menangis. Ini memang terlalu sakit untukku. Semangat hidupku telah hilang, semua terasa tiada arti. Mataku memar karna menangis yang tiada hentinya. Untung aja ga nangis darah.
********
      Ingin rasanya aku melepas semua beban yang ada di hatiku. Aku lelah dengan semua yang telah aku pendam. Aku tidak ingin menceritakan ke ka Rani. Aku lebih memilih untuk memendam semuanya.
      Aku melepaskan bebanku dengan membuka akun berwarna biruku. Aku sudah lama tidak membuka Facebook. Baru beberapa menit di berandaku tertulis Rendi berpacaran dengan Fitri. Ini membuat aku semakin tak berdaya, dada terasa sangat sesak. Air mataku mengalir dan terus mengalir. Aku tidak percaya orang yang aku sayangi telah bersama sahabatku sendiri. Semua terasa seperti mimpi.
     Aku memang sudah lama tidak berkomunikasi dengan Fitri. Apa Fitri sejahat itu menusukku dari belakang. Sejahat itu kah sahabat yang sudah ku anggap seperti keluargaku sendiri. Aku harus cerita ke siapa. Aku sudah lelah menahan dan memendam semua yang telah aku rasakan. Aku benar benar patah semangat untuk melanjuti hidupku.
  “Ka Rani” aku masuk ke kamar ka Rani,
“Kamu kenapa de? Ko nangis?”
 “Ka Rendi eluk ka Rani dan air mataku terus mengalir.
“Kaka sudah tau dek semuanya. Kaka liat di facebook”
 “Ka aku sangat menyayangi Rendi, kenapa dia lebih memilih Fitri”
“Dek semua itu gak ada yang gak mungkin, kamu gak pernah tau selama ini mereka selalu bersama. Tuhan sudah mengatur semuanya.”
 “Tapi ka ini terlalu berat untuk aku, aku patah semangat ka”
“Dek kamu gak boleh gitu, kamu tetep sabar ya, kaka juga gak percaya Fitri sejahat itu dek sama kamu”
 “Mungkin aku harus merelakannya tapi hatiku gak bisa ngelakuin itu semua”
“Semua pasti ada balasannya dek, udah dong jangan nangis lagi nanti cantiknya ilang”
         Aku memeluk ka Rani. Aku tidak tau harus bagaimana. Apa aku terus menangis seperti ini untuk selamanya. Aku kembali kekamar dan merebahkan sejenak badanku dan memejamkan mataku. Setiap kali aku memejamkan mataku, aku selalu teringat sosok Rendi. Aku sangat merindukannya. Sudah 2 bulan aku kehilangannya. Kenangan kenangan itu selalu menghantui setiap aku ingin tidur.
       “drreeeettttt” handphone ku bergetar ada panggilan masuk di layar hape dengan nama Fitri. Dengan berat hati aku mengangkat telfonnya.
“Hallo”
 “Hallo cha, kamu abis nangis ya?”
“Engga”
 “Cha aku minta maaf ya sama kamu, aku sudah menolaknya tapi dia memaksaku”
“Iya gak papa, kamu bahagia sama dia, aku senang melihat kalian bersama”
    ‘Tuuuuuuut” aku mematikan telfonnya, aku menangis sejadi jadinya, aku putus asa dengan semuanya. aku tidak mengerti dengan hatiku, kenpa aku masih menyayangi Rendi, dia sudah banyak menyakitiku tapi itu semua tidak mengurangkan rasa sayang aku ke Rendi.
  Tuhan, kenapa semua terjadi seperti ini. mereka mengkhianatiku, aku sangat menyayangi dia dan sahabatku. Aku tidak bisa merelakan dia bersama sahabatku. Aku benci ada di posisi seperti ini.
       Hari semakin malam dan aku semakin merindukan sosok dirinya yang dulu pernah mengisi hari hari ku. Dan kini dia telah bersama sahabatku sendiri.
                                          *******
       Sudah lama aku tidak ke toko buku karna aku tak sanggup keluar rumah dengan keadaan kondisi yang sangat memprihatinkan. Aku ingin melepaskan semua bebanku ke toko buku. Aku membeli 5 novel.
        Dari kejauhan toko buku aku melihat Rendi dan Fitri yang sedang bersama.
Jleeebbbb seperti di sengat tawon yang tiba tiba datang. Aku ingin segera pulang dan menangis di rumah. Aku tidak bisa melihat orang yang dulu bersamaku kini sudah bersama sahabtku sendiri. Ada rasa kesal, marah, benci,sakit hati semua tercampur aduk. Ingin rasanya aku pergi dari dunia.
Merelakannya...
Tuhan aku tau ini memang berat
Tapi aku harus bisa menerima semuanya
Walaupun sakit aku tetap menyayanginya
Tuhan, sampaikan rinduku kepadanya
Bahwa aku sangat mencintainya
Dan masih mencintainya dalam kondisi apa pun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar