Hari
ini Rendi sedikit berbeda denganku. Dia sangat dingin, seakan akan kita gak
punya hubungan apa apa. Difikiranku aku selalu bertanya tanya apa semua
salahku? Setiap kali kami bertengkar pasti kami selalu baikan dengan cepat.
Tapi sekarang semuanya menjadi cuek seakan akan tidak peduli.
“Cha, ke atas gedung
sekolah yuk”
“Untuk apa?”
“Ikut aja yuk”
Rendi mengajakku ke gedung sekolah. Apa dia
ingin membunuhku. Mana mungkin dia membunuhku dia kekasihku. Aku berfikir
terlalu bodoh. Di otakku banyak pertanyaan pertanyaan aneh. Sesampainya kami di
atas gedung. Aku melihat indahnya kota Jakarta. Ingin rasanya aku teriak kenang
melepas sakit hatiku dengan Rendi.
“Ren, aku boleh tanya
sama kamu?”
“Apa?”
“Apa kamu masih
mencintaiku?”
“Iya, aku mencintaimu, kamu kenapa nanya kaya
gitu?”
“Aku takut,
kehilanganmu dan kamu lebih mencintai sahabatku.
“Maksud kamu apa si Cha? Ko ngomong kaya gitu
sih”
“Aku Cuma nanya aja ko,
kamu ngapain ngajak aku ke sini?’
“Kamu liat di bawah sana sangat luas, ketika
kamu kehilangan seseorang ingat masih banyak di sekelilingmu yang menyayangimu”
“Maksud kamu?”
“Pada akhirnya semua akan berakhir”
Aku
tidak mengerti apa yang di bicarakan Rendi. Aku tidak kuat menahan air mataku.
Aku menjatuhkan air mataku di depan Rendi. Apa sebentar lagi aku akan
kehilangan Rendi? Aku sangat mencintainya. Mana mungkin aku bisa melepasnya.
Bukan kah dia mencintaiku juga? Apa semua ini akan berakhir?
Rendi
mengusap air mataku. Dan dia selalu berkata “Sampai kapanpun aku akan tetap di
sampingmu Cha, walau pada saatnya semua akan berakhir”. Aku hanya menatap
hamparan kota. Angin yang sejuk membuat hatiku terasa nyaman. Aku selalu
berfikir, aku tetap mencintaimu Ren samapai kapan pun itu. Aku menahan air
mataku seakan akan aku baik baik saja.
********
Sore
ini aku ingin ke Kafe untuk menghibur hatiku yang gunda gulana. Suasana di Kafe
ini tidak terlalu ramai. Tempat ini sangat tepat untuk menyendiri. Aku memilih
duduk di pojok kiri. Di sana ada meja yang membelakangiku. Kenapa aku memilih
di pojok kiri, karena tempat ini sangat nyaman untuk menyendiri hehe.
Tidak
lupa di tas merahku ada beberpa novel baru yang akan aku baca. Aku sedang asyik
membaca tetapi orang yang berada di depanku. Perempuan dan lelaki sedang
bertengkar. Aku tidak tau apa mereka seorang pasang kekasih atau bukan.
“Kamu mau kan jadi
pacar aku?”
“Aku gak mungkin bisa sama kamu, pacar kamu
itu sahabatku”
“Aku akan putusin dia,
aku tidak mencintainya. Kamu pasti mencintaiku”
“Tapii”
“Buat apa aku mencintai
sahabatmu? Kalau aku mencintai kamu bukan mencintai dia”
“Hubungan kalian sudah hampir satu tahun jadi
tidak mungkin kalian berpisah begitu cepat”
“Semua bisa terjadi,
karena aku memang tidak cocok dengannya, dan aku benar benar mencintaimu”
“Secepat itu kamu melupakan dia”
“Aku tidak peduli, aku
mencintaimu”
Aku
mengenali suara itu, aku sangat kenal. Seperti suara Rendi dan Fitri tapi apa
mungkin itu mereka. Aku ingin melihat tapi mana mungkin. Aku mencoba
menghubungi Fitri.
“Hallo Fit, kamu di
mana?”
“Aku di rumah Cha”
“Bener kamu di rumah?”
“Iya aku di Rumah, kenapa?”
“Kirain lagi sama
Rendi”
“Mana mungkin aku sama Rendi, kamu kan
pacarnya?”
“Oh iya deh Fit”
Aku
terus memperhatikan meja di depanku. Namun suasana menjadi hening. Di depanku
sudah tidak ada orang. Tapi aku melihat dari kejauhan mereka sudah keluar
dengan bergandenganan tangan. Aku seperti mengenalinya. Tapi sudah lah aku
tidak memikirkan itu. Aku yakin itu bukan Fitri dan Rendi.
**********
“Chaca”
“Putri, kamu ko bisa ada di rumah aku?”
“Hehe iya, aku lagi mau
liburan ke sini, aku kangen kamu”
“Aku juga kangen kamu Put”
“Oiya, Fitri mana,
tumben gak main ke sini?”
“Aku gak tau deh, dia katanya sibuk sama
sekolahnya”
“Sama pacarnya kali hhaha”
“Emang Fitri punya
pacar ya?”
“Iya Rendi kan pacarnya?”
“Rendi?” Hatiku terasa
sakit dan sangat sakit. Apa ini Rendi pacarku sendiri?
“Iya, Rendi temen kamu yang waktu itu kita
ketemu di Mall”
“Hah? Yang bener kamu”
Ternyata
benar Rendi dan Fitri benar benar pacaran. Mereka benar benar mengkhianatiku.
Aku tidak tau apa yang aku rasa saat ini,memang sakit ini terlalu sakit
untukku. Aku terus mencoba menghubungi Rendi tapi nomernya selalu tidak aktif.
Kemana Rendi? Apa dia sedang bersama Fitri?
**********
Aku
hanya diam di depan Rendi dan menatap kota Jakarta dari atas gedung sekolah,
aku tidak ingin berbicara dengannya. Aku sudah benci dengannya.
“Chaca, kamu kenapa, jangan
diem aja dong?”
“Kamu jujur sama aku”
“Maksud kamu Cha?”
“Udah Ren, tolong kamu
jujur sama aku”
“Aku minta maaf Cha, kalau selama ini aku
nyakitin kamu. aku sayang sama kamu”
“Aku lebih sayang sama
kamu Ren”
Aku
gak nyangka hari ini Rendi memutuskan untuk berpisah denganku. Degg.. hatiku
terasa sangat hancur, seperti di tusuk pisau. Aku tidak bisa menahan air mataku
yang akhirnya jatuh di hadapan Rendi. Rasa sakit yang aku rasakan sama seperti
dulu yang pernah aku rasakan.
Aku berusaha untuk mempertahankan hubungan
ku dengannya agar baik baik saja tetapi semuanya sia sia. Rendi tetap
memutuskan untuk pergi dengan alasan yang tidak jelas.
“Cha
aku yakin ini yang terbaik untuk kita?”
“Aku sangat mencintai
mu Ren”
“Aku pun sangat mencintaimu, tapi aku udah
gak bisa lanjutin hubungan ini”
“Aku harus apa? Aku
tidak ingin kehilanganmu”
“Maafin aku ya cha, aku sayang kamu”
“Di mana janji janji
kamu yang dulu?”
“Maafin aku cha, kamu cari yang lebih baik
dari aku. Aku yakin kamu akan menemukan yang lebih baik dari aku”
“Yasudah lah, aku tidak
bisa memaksamu untuk tetap bersamaku”
“Jaga diri kamu baik baik ya cha, aku sayang
kamu”
“Tinggalin aku sendiri
Ren, aku sudah tau kamu pasti lebih memilih Fitri”
“Kamu tau dari mana?”
“Aku sudah tau sejak lama, kalian pernah ke
Kafe bersama? Kalian tidak sadar. Di belakangmu ada aku yang mendengar
pembicaraan kalian”
“Aku minta maaf Cha,
tapi aku bener sayang sama kamu”
“Tinggalin aku sendiri”
“Tapi Cha”
Aku hanya bisa menangis saat ini,
seseorang yang aku cintai dia telah pergi. Aku menangis di atas gedung tanpa
seoarang pun yang tau. Aku tidak tau seperti apa aku nantinya. Kehilangan sosok
Rendi yang selalu bersamaku dalam keaadan apa pun, yang setia menjagaku dan
kini dia telah pergi.
Rasanya hari ini tiada berarti.
Semua terasa sepi. Aku menatap langit langit di kamarku. Air mata yang terus
mengalir tanpa mampu aku menahan semua yang ku rasa. Aku hanya ingin menangis.
Ini memang terlalu sakit untukku. Semangat hidupku telah hilang, semua terasa
tiada arti. Mataku memar karna menangis yang tiada hentinya. Untung aja ga
nangis darah.
********
Ingin rasanya aku melepas semua beban
yang ada di hatiku. Aku lelah dengan semua yang telah aku pendam. Aku tidak ingin
menceritakan ke ka Rani. Aku lebih memilih untuk memendam semuanya.
Aku melepaskan bebanku dengan membuka
akun berwarna biruku. Aku sudah lama tidak membuka Facebook. Baru beberapa
menit di berandaku tertulis Rendi berpacaran dengan Fitri. Ini membuat aku
semakin tak berdaya, dada terasa sangat sesak. Air mataku mengalir dan terus
mengalir. Aku tidak percaya orang yang aku sayangi telah bersama sahabatku
sendiri. Semua terasa seperti mimpi.
Aku memang sudah lama tidak berkomunikasi
dengan Fitri. Apa Fitri sejahat itu menusukku dari belakang. Sejahat itu kah
sahabat yang sudah ku anggap seperti keluargaku sendiri. Aku harus cerita ke
siapa. Aku sudah lelah menahan dan memendam semua yang telah aku rasakan. Aku
benar benar patah semangat untuk melanjuti hidupku.
“Ka Rani” aku masuk ke kamar ka Rani,
“Kamu kenapa de? Ko
nangis?”
“Ka Rendi eluk ka Rani dan air mataku terus
mengalir.
“Kaka sudah tau dek
semuanya. Kaka liat di facebook”
“Ka aku sangat menyayangi Rendi, kenapa dia
lebih memilih Fitri”
“Dek semua itu gak ada
yang gak mungkin, kamu gak pernah tau selama ini mereka selalu bersama. Tuhan
sudah mengatur semuanya.”
“Tapi ka ini terlalu berat untuk aku, aku
patah semangat ka”
“Dek kamu gak boleh
gitu, kamu tetep sabar ya, kaka juga gak percaya Fitri sejahat itu dek sama
kamu”
“Mungkin aku harus merelakannya tapi hatiku
gak bisa ngelakuin itu semua”
“Semua pasti ada
balasannya dek, udah dong jangan nangis lagi nanti cantiknya ilang”
Aku memeluk ka Rani. Aku tidak tau
harus bagaimana. Apa aku terus menangis seperti ini untuk selamanya. Aku
kembali kekamar dan merebahkan sejenak badanku dan memejamkan mataku. Setiap
kali aku memejamkan mataku, aku selalu teringat sosok Rendi. Aku sangat
merindukannya. Sudah 2 bulan aku kehilangannya. Kenangan kenangan itu selalu
menghantui setiap aku ingin tidur.
“drreeeettttt” handphone ku bergetar ada
panggilan masuk di layar hape dengan nama Fitri. Dengan berat hati aku
mengangkat telfonnya.
“Hallo”
“Hallo cha, kamu abis nangis ya?”
“Engga”
“Cha aku minta maaf ya sama kamu, aku sudah
menolaknya tapi dia memaksaku”
“Iya gak papa, kamu
bahagia sama dia, aku senang melihat kalian bersama”
‘Tuuuuuuut” aku mematikan telfonnya, aku menangis
sejadi jadinya, aku putus asa dengan semuanya. aku tidak mengerti dengan
hatiku, kenpa aku masih menyayangi Rendi, dia sudah banyak menyakitiku tapi itu
semua tidak mengurangkan rasa sayang aku ke Rendi.
Tuhan, kenapa semua terjadi seperti ini. mereka
mengkhianatiku, aku sangat menyayangi dia dan sahabatku. Aku tidak bisa
merelakan dia bersama sahabatku. Aku benci ada di posisi seperti ini.
Hari semakin malam dan aku semakin
merindukan sosok dirinya yang dulu pernah mengisi hari hari ku. Dan kini dia
telah bersama sahabatku sendiri.
*******
Sudah lama aku tidak ke toko buku karna
aku tak sanggup keluar rumah dengan keadaan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Aku ingin melepaskan semua bebanku ke toko buku. Aku membeli 5 novel.
Dari kejauhan toko buku aku melihat
Rendi dan Fitri yang sedang bersama.
Jleeebbbb seperti di
sengat tawon yang tiba tiba datang. Aku ingin segera pulang dan menangis di
rumah. Aku tidak bisa melihat orang yang dulu bersamaku kini sudah bersama
sahabtku sendiri. Ada rasa kesal, marah, benci,sakit hati semua tercampur aduk.
Ingin rasanya aku pergi dari dunia.
Merelakannya...
Tuhan aku tau ini memang berat
Tapi aku harus bisa menerima
semuanya
Walaupun sakit aku tetap
menyayanginya
Tuhan, sampaikan rinduku kepadanya
Bahwa aku sangat mencintainya
Dan masih mencintainya dalam
kondisi apa pun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar