Selasa, 26 Mei 2015

Bersujud PadaMu

Hujan yang kini membasahi tubuhku belum juga reda. Aku terus berjalan di derasnya hujan. Menyesal dengan semua perbuatanku. Mamah yang ku perlakukan semena mena. Aku yang lupa menutup auratku ketika di depan lelaki. Memakai baju yang tak seharusnya ku pakai. Memainkan cinta sesuka hatiku. Menghaburkan uang kemana saja yang ku mau.
Beberapa hari yang lalu aku di tawarkan oleh temanku untuk memakan dan meminum obat obat terlarang. Awalnya aku hanya nongkrong seperti biasa bersama mereka. Kata temanku jika akau memakainya semua masalah ku akan hilang. Pikiran ku menjadi tenang, aku seperti melayang di udara bebas tanpa beban.

Aku pulang ke rumah dengan keadaan mabuk. Mamah memopongku hingga ke kamar. Matahari yang kian menampakkan sinarnya menyadarkan ku untuk bangun. Ku lihat mamah yang sedang menangis di ruang tamu. Tak perlu aku bertanya ini pasti ulah papah yang menyakiti mamah. Aku membentakkan mamah dengan kata kata kotor yang seharusnya tak pantas beliau dengar. Aku tidak ingin mamah seperti ini tapi kenapa ia selalu mempertahankan rumah tangganya. Kemarahanku ku lampiaskan pada vas bunga. Ku lemparkan ke lantai menjadi berkeping keping.
Aku pergi meninggalkan mamah. Seperti biasa tempat tongkrongan ku sudah ramai. Temanku memberiku sebuah obat yang sangat halus. Aku mencampurkan ke minuman keras dan ku minum hingga aku kehilangan akal sehat.

Aku menerima telfon dari tetanggaku. Aku yang masih belum sadar tidak memperdulikannya. Temanku berkata bahwa mamahku meninggal karna serangan jantung. Aku hanya tertawa tawa menikmati obat yang ku minum. Mataku memerah. Aku bersenang senang bersama kawanku. Aku memakai levis pendek di atas lutut dan kemeja coklat. Rambutku ku cepol dengan poni yang ku biarkan menutupi keningku. Aku terbangun, jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Dengan kondisi yang belum stabil aku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku melihat banyak sekali orang yang sedang mengaji. Bendera kuning di mana mana. Ku lihat di sana papah tengah menangis membaca surat yasin. Aku menangis tidak percaya. Mamah pergi meninggalkanku untuk selamanya.

Siang tadi aku berjiarah ke makam mamah. Meminta maaf kepadanya. Tapi semua sudah terlambat. Mamah sosok yang kuat kini tak ada lagi. Senyumnya yang menutupi setiap masalahnya kini tak ada lagi. Papah pun menysali perbuatannya. Kini hubunganku dengan papah mulai membaik. Tapi mengapa baru sekarang setelah mamah telah pergi. Apa ini cara Tuhan memberikan kebahgiaan pada beliau.
Aku mendapat sebuah surat dari mamah. Ia menulisnya hanya untukku. Ia tidak meminta banyak padaku. Ia hanya ingin aku menjadi wanita sholeha. Dan papah menjadi ayah yang baik untukku. Aku menjerit menangis sejadi jadinya. Aku menyesali semuanya.

Mungkin hujan ini akan membawa semua sikap burukku. Aku pulang ke rumah dengan kondisi kehujanan. Aku mandi dan memakai baju dan celana panjang. Ku ambil air wudhu dengan baik. Ku buka mukena yang sudah lama tak kupakai. Aku bersujud kepadaNya. Meminta ampun atas semua perbuatanku. Ku ambil Al Quran yang sudah lama tak ku buka dan ku baca. Aku melantunkan ayat ayat dengan lembut. Setelah usai membaca Al Quran, aku berdoa bertaubat kepada yang maha kuasa. Tak lupa doa untuk mamahku yang sudah bersamaNya. Ku doakan pula papah agar menjagaku di sini meski tanpa mamah. Aku terus menangis, bersujud pada Tuhan.
Ku ambil sebuah jilbab yang di belikan mamah dulu. Aku memakainya seperti yang di ajarkan mamah. Aku terlihat cantik di kaca mengenakam jilbab. Andai saja mamah di sampingku ia pasti bangga melihat anak gadisnya kini sudah menjadi gadis yang sholeha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar