Ia mengantarkanku pulang hingga depan gerbang rumahku. Ia memberikan sebuah kecupan di keningku. Aku melambaikan tangan kepadanya hingga punggunya tak terlihat olehku. Aku pun memasuki rumah, di ruang tamu sudah ada mamah yang menungguku. Mamahku adalah orang pertama yang menentangku untuk tidak berpacaran apalagi dengan Rendi kekasihku. Meski begitu aku tak pernah mendengarkan mamah karna kini aku sangat mencintainya dan mungkin aku sangat takut kehilangannya. Apa ini yang di namakan cinta?
Malam minggu ia menjemputku di depan rumah. Sedangkan mamahku sudah melarangku untuk tidak keluar rumah. Tetapi wajar bukan ketika anak muda bermalam minggu bersama kekasinya? Bukankah itu sudah menjadi sebuah tradisi bagi kalangan remaja?
Kalaupun aku mengikuti mamah,Rendi akan marah kepadaku. Aku benar benar bingung memilih siapa? Akhirnya aku memutuskan untuk tetap pergi bersama Rendi.
Aku benar benar kaget ketika ia meminta sesuatu yang berharga bagiku. Aku menolaknya tapi jika aku menolaknya ia akan marah kepadaku dan mengakhiri hubungan denganku. Sedangkan aku sangat tidak ingin kehilangannya. Malm ini aku mengikuti semua kemauannya. Entah apa yang membuatku mengiyakan kemaun Rendi. Aku tidak sadar apa yang telah terjadi padaku. Ketika aku terbangun jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Dan aku meminta Rendi untuk memulangkanku yang sedang tertidur di sampingku. Ku lihat handphoneku sudah banyak panggilan masuk dari mamah.
Rendi mengantarkanku pulang hingga depan rumah. Ia lalu bergegas pergi tanpa berkata apapun kepadaku. Sekujur tubuhku bergetar ketika ingin memasuki rumah. Aku memang tidak pernah keluar malam hingga pulang pagi seperti ini. Ku lihat mamah yang tengah menungguku di ruang tamu.
Ia memarahiku habis habisan. Aku masuk ke dalam kamar dan menangis sejadi jadinya.
Entahlah aku tidak mengerti apa yang telah terjadi kepadaku hari ini.
Setelah beberapa minggu Rendi sudah tidak lagi menghubungiku dan aku sering merasakan pusing dan mual beberapa hari ini. Ku fikir aku hanya masuk angin seperti biasa. Aku tidak berani mengatakan apapun kepada mamah tentang hal ini. Tapi tanpa ku bertanya ia sudah tau apa yang terjadi padaku. Hari itu aku ke dokter untuk berobat dan aku sangat terkejut ketika dokter memastikan bahwa aku sedang mengandung seorang anak.
Aku tidak percaya, bagaimana mungkin aku bisa hamil? Apakah Rendi penyebabnya? Hancur sudah diriku. Aku tidak berani mengatakan apapun ke pada mamah. Sesampainya di rumah aku tak menanggapi pertanyaan mamah yang melihatku menangis. Ku kunci pintu, aku menangis menyesali semuanya. Aku menghubungi Rendi tapi tak pernah ada jawaban. Ingin rasanya aku mengakhiri hidupku saat ini. Aku menelfon Amel menceritakan semuanya dan memilih untuk mengakhiri hidup.
Seperti ini kah cinta Rendi kepadaku? Ia telah mengambil kehormatanku dan kini aku sudah tidak berdaya. Aku sudah tidak berguna, aku menyesal tidak mendengarkan semua yang mamah katakan padaku. Andai saja aku patuh kepadanya mungkin saja aku tidak akan seperti ini. Karna sekarang aku sadar mamah melarangku hanya untuk menajagaku dan memberikan yang terbaik untukku.
Selamat tinggal,Mamah yang ku sayangi
Dan untukmu
Kekasih Terjahatku
________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar