Minggu, 31 Mei 2015

ThankYouGod



    bersambung 6

 Aku sudah tidak sanggup sekelas dengan Rendi, setiap kali aku melihatnya air mataku selalu ingin jatuh. Ingin rasanya aku pindah sekolah di mana pun itu, di planet mana pun yang penting aku jauh dari Rendi dan Fitri.
 “Cha aku aku mau ngomong sama kamu”
 “Kamu gak liat aku lagi baca novel”
“Cha ayo cha pleas”
 “Ngomong aja sekarang”
“Cha ayok ikut aku ke atas gedung”
 “Untuk apa? Semua sudah jelas”
 “Cha pleas”
 Aku tidak tau untuk apa Fitri mengajakku ke atas gedung sekolah. Apa di sana sudah ada Rendi.
“Mau ngapain kalian ngajak aku ke sini?”
 “Cha, aku gak bisa terus terusan kaya gini sama kamu, aku capek harus diem dieman sama kamu, aku kangen kamu yang dulu”
“Udah ya lupain aja aku, anggap aja kita gak pernah jadi TEMEN”
“Cha, ko kamu ngomong gitu ke Fitri”
“Bukan urusan kamu Ren”
“Urusan aku lah, dia pacarku”
“Yaudah kalian bahagia ya, aku senang liat kali menyatu. Jaga Rendi ya Fit, aku sangat menyayanginya”
 “Cha maafin aku cha”
“Semua sudah jelas! Terimakasih atas goresan luka luka yang pernah kalian gores di hatiku”
       Aku tak kuat menahan air mata. kenapa Fitri tidak mengerti dengan perasaanku. Padahal dia tau bahwa aku sangat menyayangi Rendi. Apa fitri juga benar mencintai Rendi selama ini.
      Hari ini aku kehilangan konsentrasi belajar. Aku hanya ingin menangis dan menangis. Aku berusaha tegar walau sebenarnya aku tak mampu. Aku tidak bisa melihat Fitri dan Rendi. Setiap kali aku melihat mereka ada rasa sakit,kesal,marah,benci tapi semua hanya bisa aku pendam. Aku tidak ingin membenci mereka.
                                 *********
   Tuhan apa aku harus mengalah, merelakan dan mengikhlaskan orang yang aku cintai bersama sahabatku sendiri. Ini terlalu sulit untukku. aku sangat merindukan Rendi, ketika tertawa bersama, makan bersama, bercanda bersamanya, suaranya, ketika dia marah dan semua tentangnya. Aku ingin dia kembali,Tuhan.
 “Chaca, nanti pulang bareng yuk”
“Aku gak bisa Ren, aku harus ke toko buku”
 “Aku anterin deh”
“Cha, tunggu”
 “Apa lagi si Ren? Kamu belum puas nyakitin aku? Aku capek Ren”
“Cha, aku minta maaf”
 Aku tidak tau apa maksud Rendi untuk pulang bersamaku. Belum cukup kah semuanya. aku tidak bisa melihat Rendi dan Fitri. Setiap kali aku bertemu dengan mereka hatiku sangat terasa sakit. Bohong rasanya kalau aku sudah tidak mencintai Rendi.
“Chaca” Fitri mengejarku dari belakang
 “Apa lagi si Fit?”
“Kamu mau sampai kapan kaya gini sama aku? Cuekin aku? Kamu marah sama aku?”
 “Udah ya Fit, aku gak mau bahas soal ini, kalau kamu mau pacaran sama Rendi, pacaran aja sana. Gak ada hubungannya sama aku. Tolong ya jangan ganggu aku”
“Cha, aku sahabat kamu, mana mungkin aku ngebiarin sahabat aku sedih kaya gini”
 “Bukan urusan kamu ya Fit”
“Aku tau Cha, aku salah”
“Gak usah ngerasa bersalah deh Fit. Kalau kamu emang sahabat aku. Kamu ngerti gimana perasaan aku, kamu tau gimana jadi aku. Dan kamu gak mungkin nerima Rendi jadi pacar kamu”
 “Cha, aku jujur sama kamu, aku memang mencintai Rendi”
“Kamu jahat Fit sama aku! Makasih udah pernah jadi sahabat aku. Lupain semua tentang perasahabatan kita”
 “Cha, kamu jangan ngomong kaya gitu, aku gak mau persahabatan kita Cuma sampai di sini”
“Ini semua karena kamu Fit, aku ngalah buat kamu”
“Fitri, Chaca” Rendi menghampiri kami
“Udah ya, aku mau pulang”
“Cha, kamu jangan kaya gini dong sama Fitri”
“Jahat kamu Ren, aku di sini tulus sama kamu tapi kamu mencintai sahabatku sendiri”
“Cha, mungkin ini udah takdir buat kita semua”
“AKU MENYESAL PERNAH MENCINTAIMU DAN AKU MENYESAL PERNAH MEMILIKI SAHABAT SEPERTIMU”
Aku meninggalkan Rendi dan Fitri. Sepertinya Fitri sangat takut kehilanganku. Mungkin ini memang takdir. Aku harus menerima kisah cintaku yang seperti ini. aku pulang dengan rasa sangat kecewa dan kecewa. Merelakan orang yang kita sayang untuk sahabat kita sendiri.
Kadang orang yang kita sayangi pada akhirnya dia yang akan membuat kita kecewa. Dia yang akan membuat kita terluka. Dia yang akan membuat kita menangis. Dan pada akhirnya orang yang kita sayang akan meninggalkan kita.
*********
   Aku mencoba bangkit dari keterpurukanku. Aku ingin mejalani hidup dengan semangat. Apa lah arti dia yang ku cintai sedangkan dia tak peduli denganku. Move on hidup dan masa depan ku jauh lebih cerah. Aku pasti bisa tanpa mu Rendi.
  Akhir akhir ini aku sering pusing. Pusing yang sangat sakit yang datang tiba tiba. Aku tidak  sedang sakit dan aku baik baik saja. Mungkin ini hanya penyakit pusing biasa yang nanti hilang dengan sendirinya.
   Hari ini aku ingi mengajak ka Rani ke toko buku untuk membeli Novel. Dan kebetulan ka Rani juga ingin membeli buku.
  “Dek, udah ketemu novelnya?”
“Apa ka?”
 “Kamu gak denger kaka ngomong apa?”
“Apa ka
“Ya ampun dek”
 “Ka kepalaku pusing sekali ka”
“Tadi kamu udah makan?”
 “Udah ka, ka sakit banget ka”
     Sakit kepala yang aku rasakan benar benar sakit. Aku kehilangan keseimbangan, pengeliahatnku menjadi buram. aku terjatuh pingsan.
Apa yang terjadi denganku? Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnnya
        Ka Rani membawaku pulang ke rumah. Mamah sangat khawatir. Aku tidak tau apa yang aku rasakan yang jelas kepala ku sangat terasa pusing dan aku tidak bisa membuka mataku.
      Saat aku terbangun. Di sekelilingku sudah ada mamah dan ka Rani tapi kenapa Fitri dan Rendi datang ke rumahku. Apa yang mereka inginkan dariku. Apa mereka belum puasa menyakitiku. Dadaku terasa sesak ketika melihat mereka. Kepalaku semakin terasa pusing dan sangat pusing.
   “Cha kamu udah sadar?”
“Aku gapapa mah”
 “Kamu kenapa bisa kaya gini cha?”
“Aku gak tau mah, kepalaku terasa sangat pusing”
 “Kalian ngapain di sini, belum puasa dengan semuanya?”
“Cha sebelumnya aku minta maaf, aku dan Rendi mau jenguk kamu”
 “Aku gak perlu di jenguk, meningan kalian pulang”
“Dek kamu gak boleh gitu, mereka temen kamu”
 “Cha hidung kamu keluar darah”
    Aku tidak merasakan sakit tapi tiba tiba hidungku mengeluarkan darah. Ka Rani dan mamah membawaku ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan mamahku hanya menangis melihat kondisiku yang sedang pingsan.
 “Mah udah jangan nangis, Chaca pasti baik baik aja”
“Ran, mamah takut chaca terkena penyakit yang membahayakan”
 “Udah ya mah jangan berfikir yang negatif, aku yakin chaca baik baik aja”
        Sesampainya di rumah sakit, dokter segera menanganiku dengan cepat. Mamah dan ka Rani hanya bisa menunggu di luar dan mengirimkan doa untukku. Rendi,Fitri dan Putri menyusul ke rumah sakit.
    Setengah jam dokter menanganiku, dokter memberitahuku bahwa aku terkena penyakit Kanker sudah mencapai stadium 4.
 “Dok bagaimana keadaan anak saya?”
 “Anak ibu terkena penyakit kanker dan sudah stadium 4”
“Gak mungkin dok”
 “Kanker ini berkembang sangat cepat dan bisa menyebabkan kematian”
“Dok tolong anak saya”
 “Kami akan berusaha semampu kami dan hanya keajaiban tuhan”
    Kanker otak adalah penyakit kanker yang khusus menyerang otak sehingga otak tidak bekerja sebagaimana mestinya karna gangguan tertentu. Kanker stadium 4 sudah sangat bahaya dan akan menyebabkan kematian yang sangat cepat.
   Aku benar benar tidak menyangka terkena penyakit kanker otak dan sudah stadium 4. Selama ini aku baik baik saja. Mamah dan papah ku menangis karena takut kehilanganku. Ka Rani kaka tersayangku dia tidak ingin kehilanganku.
  “Mah, aku kenapa?”
“Kamu yang kuat ya sayang”
  “Tapi aku kenapa? Semuanya kenapa menangis? Aku baik baik aja mah”
“Iya sayang, kita semua sayang sama Chaca”
  “Apa benar aku terkea penyakit kanker?”
“Iya sayang, kamu pasti bisa lewatin penyakit ini”
     Aku benar benar tidak percaya dengan semua ini. apa aku bisa melawan penyakit seberat ini. kenapa harus aku, selalu aku yang menderita. Tuhan aku ingin bahagia. Bisa kah ku beli kebahagiaan itu. Aku lelah sungguh lelah dengan semuanya. aku ingin seperti ka Rani yang selalu bahagia tanpa ada rasa sakit dalam hidupnya. Aku tau ini cobaan dariMU.
***********
Aku tidak tau sampai kapan aku di rumah sakit. Aku ingin sembuh seperti mereka yang sehat. Apa kah usia ku hanya sampai di sini. Aku ingin memberikan kebahagian kepada keluargaku dan juga orang orang di sekelilingku.
“Tuuuuttttt”
 “Hallo, ini siapa?”
“Chaca kah? Ini Fauzi”
“Fauzi? Fauzi siapa?”
“Kamu lupa dengan aku?”
 “Fauzi Ramadhan?”
“Iya Chaca, gimana kabar kamu?”
 “Ya ampun, kamu kemana aja Ji. Kabar aku lagi kurang baik, aku lagi di rawat di rumah sakit”
 “Astaga kamu sakit apa? Aku jenguk kamu ya”
“Iya Ji, nanti aku smsin alamat rumah sakitnya”
Fauzi Ramadhan adalah sahabatku ketika aku Sd dan sampai aku SMA. Tapi dia pindah sekolah dan aku sudah tidak tau kabar Fauzi. Dia sangat baik kepadaku. Kami selalu di anggap seorang kekasih karena mesranya persahabatan kami.
Sudah 20 menit aku menunggu Fauzi di rumah sakit dan dia belum datang juga. Aku sudah tidak sabar melihat wajahnya yang sekarang seperti apa. Apa masih ganteng kah? Rambutnya yang jabrik membuat aku rindu padanya.
“Chaca”
 “Fauzi”
“Ya ampun Cha, aku kangen banget sama kamu”
 “Kamu kemana aja Ji, tiba tiba menghilang”
“Aku ada ko di hati kamu hehe”
 “Kamu ya dari dulu sampe sekarang gak pernah berubah gombalin aku terus”
“Hehe, ohiya kamu sakit apa Cha”
 “Aku sakit di tinggalin kamu Ji”
“Bisa aja kamu ahaha”
 “Emang kamu doang yang bisa gombal hehe”
Sudah hampir 20 menit kami bercakap cakap melepas kerinduan. Ka Rani memasuki ruanganku.
“Fauzi”
 “Eh ka Rani, masih inget sama Fauzi yang ganteng ini hehe”
“Ganteng dari mana woo”
 “Haha, ganteng ka kalo di liat dari atas monas”
“Jahat nih Chaca”
 “Jahatan kamu, ninggalin aku entah kemana”
“Ji,Chaca kan galauin kamu terus”
 “Ih ka Rani jangan lemes, aku malu”
“Ciee Chaca galauin aku”
 “Udah udah, nih mending makan kaka bawain makanan”
Kehadiran Fauzi membuat rasa sakitku hilang. Aku senang dia bisa hadir kembali lagi bersamaku, sudah sekian lama dia meninggalkanku. Ka Rani dengan Fauzi memang sudah akrab. Jadi tidak heran kalau kami berkumpul sudah seperti keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar