Minggu, 31 Mei 2015

ThankYouGod



    bersambung 6

 Aku sudah tidak sanggup sekelas dengan Rendi, setiap kali aku melihatnya air mataku selalu ingin jatuh. Ingin rasanya aku pindah sekolah di mana pun itu, di planet mana pun yang penting aku jauh dari Rendi dan Fitri.
 “Cha aku aku mau ngomong sama kamu”
 “Kamu gak liat aku lagi baca novel”
“Cha ayo cha pleas”
 “Ngomong aja sekarang”
“Cha ayok ikut aku ke atas gedung”
 “Untuk apa? Semua sudah jelas”
 “Cha pleas”
 Aku tidak tau untuk apa Fitri mengajakku ke atas gedung sekolah. Apa di sana sudah ada Rendi.
“Mau ngapain kalian ngajak aku ke sini?”
 “Cha, aku gak bisa terus terusan kaya gini sama kamu, aku capek harus diem dieman sama kamu, aku kangen kamu yang dulu”
“Udah ya lupain aja aku, anggap aja kita gak pernah jadi TEMEN”
“Cha, ko kamu ngomong gitu ke Fitri”
“Bukan urusan kamu Ren”
“Urusan aku lah, dia pacarku”
“Yaudah kalian bahagia ya, aku senang liat kali menyatu. Jaga Rendi ya Fit, aku sangat menyayanginya”
 “Cha maafin aku cha”
“Semua sudah jelas! Terimakasih atas goresan luka luka yang pernah kalian gores di hatiku”
       Aku tak kuat menahan air mata. kenapa Fitri tidak mengerti dengan perasaanku. Padahal dia tau bahwa aku sangat menyayangi Rendi. Apa fitri juga benar mencintai Rendi selama ini.
      Hari ini aku kehilangan konsentrasi belajar. Aku hanya ingin menangis dan menangis. Aku berusaha tegar walau sebenarnya aku tak mampu. Aku tidak bisa melihat Fitri dan Rendi. Setiap kali aku melihat mereka ada rasa sakit,kesal,marah,benci tapi semua hanya bisa aku pendam. Aku tidak ingin membenci mereka.
                                 *********
   Tuhan apa aku harus mengalah, merelakan dan mengikhlaskan orang yang aku cintai bersama sahabatku sendiri. Ini terlalu sulit untukku. aku sangat merindukan Rendi, ketika tertawa bersama, makan bersama, bercanda bersamanya, suaranya, ketika dia marah dan semua tentangnya. Aku ingin dia kembali,Tuhan.
 “Chaca, nanti pulang bareng yuk”
“Aku gak bisa Ren, aku harus ke toko buku”
 “Aku anterin deh”
“Cha, tunggu”
 “Apa lagi si Ren? Kamu belum puas nyakitin aku? Aku capek Ren”
“Cha, aku minta maaf”
 Aku tidak tau apa maksud Rendi untuk pulang bersamaku. Belum cukup kah semuanya. aku tidak bisa melihat Rendi dan Fitri. Setiap kali aku bertemu dengan mereka hatiku sangat terasa sakit. Bohong rasanya kalau aku sudah tidak mencintai Rendi.
“Chaca” Fitri mengejarku dari belakang
 “Apa lagi si Fit?”
“Kamu mau sampai kapan kaya gini sama aku? Cuekin aku? Kamu marah sama aku?”
 “Udah ya Fit, aku gak mau bahas soal ini, kalau kamu mau pacaran sama Rendi, pacaran aja sana. Gak ada hubungannya sama aku. Tolong ya jangan ganggu aku”
“Cha, aku sahabat kamu, mana mungkin aku ngebiarin sahabat aku sedih kaya gini”
 “Bukan urusan kamu ya Fit”
“Aku tau Cha, aku salah”
“Gak usah ngerasa bersalah deh Fit. Kalau kamu emang sahabat aku. Kamu ngerti gimana perasaan aku, kamu tau gimana jadi aku. Dan kamu gak mungkin nerima Rendi jadi pacar kamu”
 “Cha, aku jujur sama kamu, aku memang mencintai Rendi”
“Kamu jahat Fit sama aku! Makasih udah pernah jadi sahabat aku. Lupain semua tentang perasahabatan kita”
 “Cha, kamu jangan ngomong kaya gitu, aku gak mau persahabatan kita Cuma sampai di sini”
“Ini semua karena kamu Fit, aku ngalah buat kamu”
“Fitri, Chaca” Rendi menghampiri kami
“Udah ya, aku mau pulang”
“Cha, kamu jangan kaya gini dong sama Fitri”
“Jahat kamu Ren, aku di sini tulus sama kamu tapi kamu mencintai sahabatku sendiri”
“Cha, mungkin ini udah takdir buat kita semua”
“AKU MENYESAL PERNAH MENCINTAIMU DAN AKU MENYESAL PERNAH MEMILIKI SAHABAT SEPERTIMU”
Aku meninggalkan Rendi dan Fitri. Sepertinya Fitri sangat takut kehilanganku. Mungkin ini memang takdir. Aku harus menerima kisah cintaku yang seperti ini. aku pulang dengan rasa sangat kecewa dan kecewa. Merelakan orang yang kita sayang untuk sahabat kita sendiri.
Kadang orang yang kita sayangi pada akhirnya dia yang akan membuat kita kecewa. Dia yang akan membuat kita terluka. Dia yang akan membuat kita menangis. Dan pada akhirnya orang yang kita sayang akan meninggalkan kita.
*********
   Aku mencoba bangkit dari keterpurukanku. Aku ingin mejalani hidup dengan semangat. Apa lah arti dia yang ku cintai sedangkan dia tak peduli denganku. Move on hidup dan masa depan ku jauh lebih cerah. Aku pasti bisa tanpa mu Rendi.
  Akhir akhir ini aku sering pusing. Pusing yang sangat sakit yang datang tiba tiba. Aku tidak  sedang sakit dan aku baik baik saja. Mungkin ini hanya penyakit pusing biasa yang nanti hilang dengan sendirinya.
   Hari ini aku ingi mengajak ka Rani ke toko buku untuk membeli Novel. Dan kebetulan ka Rani juga ingin membeli buku.
  “Dek, udah ketemu novelnya?”
“Apa ka?”
 “Kamu gak denger kaka ngomong apa?”
“Apa ka
“Ya ampun dek”
 “Ka kepalaku pusing sekali ka”
“Tadi kamu udah makan?”
 “Udah ka, ka sakit banget ka”
     Sakit kepala yang aku rasakan benar benar sakit. Aku kehilangan keseimbangan, pengeliahatnku menjadi buram. aku terjatuh pingsan.
Apa yang terjadi denganku? Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnnya
        Ka Rani membawaku pulang ke rumah. Mamah sangat khawatir. Aku tidak tau apa yang aku rasakan yang jelas kepala ku sangat terasa pusing dan aku tidak bisa membuka mataku.
      Saat aku terbangun. Di sekelilingku sudah ada mamah dan ka Rani tapi kenapa Fitri dan Rendi datang ke rumahku. Apa yang mereka inginkan dariku. Apa mereka belum puasa menyakitiku. Dadaku terasa sesak ketika melihat mereka. Kepalaku semakin terasa pusing dan sangat pusing.
   “Cha kamu udah sadar?”
“Aku gapapa mah”
 “Kamu kenapa bisa kaya gini cha?”
“Aku gak tau mah, kepalaku terasa sangat pusing”
 “Kalian ngapain di sini, belum puasa dengan semuanya?”
“Cha sebelumnya aku minta maaf, aku dan Rendi mau jenguk kamu”
 “Aku gak perlu di jenguk, meningan kalian pulang”
“Dek kamu gak boleh gitu, mereka temen kamu”
 “Cha hidung kamu keluar darah”
    Aku tidak merasakan sakit tapi tiba tiba hidungku mengeluarkan darah. Ka Rani dan mamah membawaku ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan mamahku hanya menangis melihat kondisiku yang sedang pingsan.
 “Mah udah jangan nangis, Chaca pasti baik baik aja”
“Ran, mamah takut chaca terkena penyakit yang membahayakan”
 “Udah ya mah jangan berfikir yang negatif, aku yakin chaca baik baik aja”
        Sesampainya di rumah sakit, dokter segera menanganiku dengan cepat. Mamah dan ka Rani hanya bisa menunggu di luar dan mengirimkan doa untukku. Rendi,Fitri dan Putri menyusul ke rumah sakit.
    Setengah jam dokter menanganiku, dokter memberitahuku bahwa aku terkena penyakit Kanker sudah mencapai stadium 4.
 “Dok bagaimana keadaan anak saya?”
 “Anak ibu terkena penyakit kanker dan sudah stadium 4”
“Gak mungkin dok”
 “Kanker ini berkembang sangat cepat dan bisa menyebabkan kematian”
“Dok tolong anak saya”
 “Kami akan berusaha semampu kami dan hanya keajaiban tuhan”
    Kanker otak adalah penyakit kanker yang khusus menyerang otak sehingga otak tidak bekerja sebagaimana mestinya karna gangguan tertentu. Kanker stadium 4 sudah sangat bahaya dan akan menyebabkan kematian yang sangat cepat.
   Aku benar benar tidak menyangka terkena penyakit kanker otak dan sudah stadium 4. Selama ini aku baik baik saja. Mamah dan papah ku menangis karena takut kehilanganku. Ka Rani kaka tersayangku dia tidak ingin kehilanganku.
  “Mah, aku kenapa?”
“Kamu yang kuat ya sayang”
  “Tapi aku kenapa? Semuanya kenapa menangis? Aku baik baik aja mah”
“Iya sayang, kita semua sayang sama Chaca”
  “Apa benar aku terkea penyakit kanker?”
“Iya sayang, kamu pasti bisa lewatin penyakit ini”
     Aku benar benar tidak percaya dengan semua ini. apa aku bisa melawan penyakit seberat ini. kenapa harus aku, selalu aku yang menderita. Tuhan aku ingin bahagia. Bisa kah ku beli kebahagiaan itu. Aku lelah sungguh lelah dengan semuanya. aku ingin seperti ka Rani yang selalu bahagia tanpa ada rasa sakit dalam hidupnya. Aku tau ini cobaan dariMU.
***********
Aku tidak tau sampai kapan aku di rumah sakit. Aku ingin sembuh seperti mereka yang sehat. Apa kah usia ku hanya sampai di sini. Aku ingin memberikan kebahagian kepada keluargaku dan juga orang orang di sekelilingku.
“Tuuuuttttt”
 “Hallo, ini siapa?”
“Chaca kah? Ini Fauzi”
“Fauzi? Fauzi siapa?”
“Kamu lupa dengan aku?”
 “Fauzi Ramadhan?”
“Iya Chaca, gimana kabar kamu?”
 “Ya ampun, kamu kemana aja Ji. Kabar aku lagi kurang baik, aku lagi di rawat di rumah sakit”
 “Astaga kamu sakit apa? Aku jenguk kamu ya”
“Iya Ji, nanti aku smsin alamat rumah sakitnya”
Fauzi Ramadhan adalah sahabatku ketika aku Sd dan sampai aku SMA. Tapi dia pindah sekolah dan aku sudah tidak tau kabar Fauzi. Dia sangat baik kepadaku. Kami selalu di anggap seorang kekasih karena mesranya persahabatan kami.
Sudah 20 menit aku menunggu Fauzi di rumah sakit dan dia belum datang juga. Aku sudah tidak sabar melihat wajahnya yang sekarang seperti apa. Apa masih ganteng kah? Rambutnya yang jabrik membuat aku rindu padanya.
“Chaca”
 “Fauzi”
“Ya ampun Cha, aku kangen banget sama kamu”
 “Kamu kemana aja Ji, tiba tiba menghilang”
“Aku ada ko di hati kamu hehe”
 “Kamu ya dari dulu sampe sekarang gak pernah berubah gombalin aku terus”
“Hehe, ohiya kamu sakit apa Cha”
 “Aku sakit di tinggalin kamu Ji”
“Bisa aja kamu ahaha”
 “Emang kamu doang yang bisa gombal hehe”
Sudah hampir 20 menit kami bercakap cakap melepas kerinduan. Ka Rani memasuki ruanganku.
“Fauzi”
 “Eh ka Rani, masih inget sama Fauzi yang ganteng ini hehe”
“Ganteng dari mana woo”
 “Haha, ganteng ka kalo di liat dari atas monas”
“Jahat nih Chaca”
 “Jahatan kamu, ninggalin aku entah kemana”
“Ji,Chaca kan galauin kamu terus”
 “Ih ka Rani jangan lemes, aku malu”
“Ciee Chaca galauin aku”
 “Udah udah, nih mending makan kaka bawain makanan”
Kehadiran Fauzi membuat rasa sakitku hilang. Aku senang dia bisa hadir kembali lagi bersamaku, sudah sekian lama dia meninggalkanku. Ka Rani dengan Fauzi memang sudah akrab. Jadi tidak heran kalau kami berkumpul sudah seperti keluarga.

Jumat, 29 Mei 2015

Teruntuk Yang Masih Teringat Mantan

Begitu sulit melupakan seseorang yang pernah singgah di hati bahkan hingga kini masih menetap. Entah karna kenangan yang terlalu indah atau karena rasa sayang  yang terlalu dalam. Yang mereka tau mereka hanya ingin bersama.
Ketika kau merindu menangislah sekuat kuatmu. Luapkan semua air mata mu, hingga kau lupa bagaimana caranya menangis.
Ketika hatimu terluka karena melihatnya. Menangislah sekeras kerasnya. Hingga kau lupa bagaimana caranya terluka.
Luangkan waktumu untuk sendiri,biarkan dirimu merasakan sakitnya dikhianati hingga kau lupa bagaimana caranya kembali pada pengkhianat.

Setelah kau lelah untuk menangis, ini saatnya untuk membangkitkan diri. Pergilah mencari kesenangan untuk menghibur dirimu. Bertemulah dengan temanmu. Meski ia akan bertanya "Si dia kemana?" Tersenyumlah dengan manis dan katakanlah "Ini adalah yang terbaik"
Meski belum terbiasa tanpanya. Biarkanlah dirimu mengalir sendiri. Cepat atau lambat dia akan hilang dengan sendirinya. Tak perlu mengingat atau mengenang karena ia tidak pantas untuk di ingat kembali. Merindu wajar saja karena ia pernah ada di hati. Tapi jangan merindu berharap ia akan kembali karena sama saja kamu membuat hatimu terluka tanpa ia melukai dirimu.

Tidak perlu memikirkan bagaimana caramu melupakannya, bagaimana caranya move on. Yang perlu kau lakukan adalah bersyukur dan percaya bahwa kau mampu dan pantas untuk bahagia. Kau hanya butuh waktu untuk melakukannya. Tidak harus terburu buru untuk mencari penggantinya. Karena cinta yang sesungguhnya bukan yang datang lalu pergi. Tetapi yang mampu melepaskan. Karena cinta tak harus memiliki. Karena cinta tidak pernah menuntut apapun. Karena cinta tidak meminta segalanya berubah.
Hanya saja kamu salah mengartikan cinta sebagai ajang pacaran. Suatu hubungan terjalin adanya cinta tapi mengapa di dalamnya selalu ada air mata kesedihan? Bukan kebahagiaan?.
Berhentilah jika itu menyakiti dirimu sendiri. Meski tak semudah mengedipkan mata tapi itulah resiko bercinta. Jika ia mencintaimu ia tak akan sanggup menyakitimu. Karena cinta yang suci di dalamnya ada kasih sayang,saling memberi,melindungi dan setia. Hingga terlahirlah suatu kebahagiaan di antara kalian. Karena cinta yang sesungguhnya memang indah. Hanya saja kalian salah mempergunakannya.

Cintaku Di Kota Orang

Seperti telinga dengan mata meski berada di satu organ tubuh yang sama mereka tak bisa saling melihat. Sama seperti kita, meski kita berada di bawah langit yang sama tetap saja kita tidak bersama. Ya memang hati ini milikmu tapi entahlah hatimu itu milik siapa.
Aku mempercayai semua kegiatan yang kau lakukan. Hanya Tuhan yang tahu di sana kau sedang apa dan dengan siapa. Dan aku tidak pernah tau kapan kau bohong dan kapan kau mengatakan yang sebenernya. Yang pasti aku tidak akan memikirkan hal negatif tentangmu.
Malam ini tetap sama seperti malam malam kemarin. Aku tetap sendiri bersama angin malam. Membayangkan kau ada di sini. Butir butir rindu sudah terlalu banyak menumpukku di hati dan fikiranku. Meski kita sudah bersama via telpon tapi hati ini masih saja merinduimu.
Janji janji yang kau buat, bahwa kau akan tetap mencintaiku dan akan selalu bersamaku. Tetap saja aku masih sangat takut. Takut kamu bermain cinta dengan wanita lain. Takut kamu bosan denganku. Takut kehilanganmu.
Terakhir pertemuan kita adalah satu bulan yang lalu. Kau datang ke Jakarta untuk mengurus kepindahan sekolahmu. Bukan untuk bertemu denganku.
Aku rindu dengan senyumanmu ketika awal pertemuan kita. Kau tersenyum kepadaku dan meninggalkan sebuah tatapan indah dari mata sipitmu itu.
Laura virgina nama wanitaku yang kini berada di kota orang lain. Semoga saja cintamu tak berubah dan tetap sama.

Rabu, 27 Mei 2015

ThankYouGod



Hari ini Rendi sedikit berbeda denganku. Dia sangat dingin, seakan akan kita gak punya hubungan apa apa. Difikiranku aku selalu bertanya tanya apa semua salahku? Setiap kali kami bertengkar pasti kami selalu baikan dengan cepat. Tapi sekarang semuanya menjadi cuek seakan akan tidak peduli.
“Cha, ke atas gedung sekolah yuk”
“Untuk apa?”
“Ikut aja yuk”
 Rendi mengajakku ke gedung sekolah. Apa dia ingin membunuhku. Mana mungkin dia membunuhku dia kekasihku. Aku berfikir terlalu bodoh. Di otakku banyak pertanyaan pertanyaan aneh. Sesampainya kami di atas gedung. Aku melihat indahnya kota Jakarta. Ingin rasanya aku teriak kenang melepas sakit hatiku dengan Rendi.
“Ren, aku boleh tanya sama kamu?”
 “Apa?”
“Apa kamu masih mencintaiku?”
 “Iya, aku mencintaimu, kamu kenapa nanya kaya gitu?”
“Aku takut, kehilanganmu dan kamu lebih mencintai sahabatku.
 “Maksud kamu apa si Cha? Ko ngomong kaya gitu sih”
“Aku Cuma nanya aja ko, kamu ngapain ngajak aku ke sini?’
 “Kamu liat di bawah sana sangat luas, ketika kamu kehilangan seseorang ingat masih banyak di sekelilingmu yang menyayangimu”
“Maksud kamu?”
 “Pada akhirnya semua akan berakhir”
Aku tidak mengerti apa yang di bicarakan Rendi. Aku tidak kuat menahan air mataku. Aku menjatuhkan air mataku di depan Rendi. Apa sebentar lagi aku akan kehilangan Rendi? Aku sangat mencintainya. Mana mungkin aku bisa melepasnya. Bukan kah dia mencintaiku juga? Apa semua ini akan berakhir?
Rendi mengusap air mataku. Dan dia selalu berkata “Sampai kapanpun aku akan tetap di sampingmu Cha, walau pada saatnya semua akan berakhir”. Aku hanya menatap hamparan kota. Angin yang sejuk membuat hatiku terasa nyaman. Aku selalu berfikir, aku tetap mencintaimu Ren samapai kapan pun itu. Aku menahan air mataku seakan akan aku baik baik saja.   
********
Sore ini aku ingin ke Kafe untuk menghibur hatiku yang gunda gulana. Suasana di Kafe ini tidak terlalu ramai. Tempat ini sangat tepat untuk menyendiri. Aku memilih duduk di pojok kiri. Di sana ada meja yang membelakangiku. Kenapa aku memilih di pojok kiri, karena tempat ini sangat nyaman untuk menyendiri hehe.
Tidak lupa di tas merahku ada beberpa novel baru yang akan aku baca. Aku sedang asyik membaca tetapi orang yang berada di depanku. Perempuan dan lelaki sedang bertengkar. Aku tidak tau apa mereka seorang pasang kekasih atau bukan.
“Kamu mau kan jadi pacar aku?”
 “Aku gak mungkin bisa sama kamu, pacar kamu itu sahabatku”
“Aku akan putusin dia, aku tidak mencintainya. Kamu pasti mencintaiku”
 “Tapii”
“Buat apa aku mencintai sahabatmu? Kalau aku mencintai kamu bukan mencintai dia”
 “Hubungan kalian sudah hampir satu tahun jadi tidak mungkin kalian berpisah begitu cepat”
“Semua bisa terjadi, karena aku memang tidak cocok dengannya, dan aku benar benar mencintaimu”
 “Secepat itu kamu melupakan dia”
“Aku tidak peduli, aku mencintaimu”
Aku mengenali suara itu, aku sangat kenal. Seperti suara Rendi dan Fitri tapi apa mungkin itu mereka. Aku ingin melihat tapi mana mungkin. Aku mencoba menghubungi Fitri.
“Hallo Fit, kamu di mana?”
 “Aku di rumah Cha”
“Bener kamu di rumah?”
 “Iya aku di Rumah, kenapa?”
“Kirain lagi sama Rendi”
 “Mana mungkin aku sama Rendi, kamu kan pacarnya?”
“Oh iya deh Fit”
Aku terus memperhatikan meja di depanku. Namun suasana menjadi hening. Di depanku sudah tidak ada orang. Tapi aku melihat dari kejauhan mereka sudah keluar dengan bergandenganan tangan. Aku seperti mengenalinya. Tapi sudah lah aku tidak memikirkan itu. Aku yakin itu bukan Fitri dan Rendi.
**********
“Chaca”
 “Putri, kamu ko bisa ada di rumah aku?”
“Hehe iya, aku lagi mau liburan ke sini, aku kangen kamu”
 “Aku juga kangen kamu Put”
“Oiya, Fitri mana, tumben gak main ke sini?”
 “Aku gak tau deh, dia katanya sibuk sama sekolahnya”
 “Sama pacarnya kali hhaha”
“Emang Fitri punya pacar ya?”
 “Iya Rendi kan pacarnya?”
“Rendi?” Hatiku terasa sakit dan sangat sakit. Apa ini Rendi pacarku sendiri?
 “Iya, Rendi temen kamu yang waktu itu kita ketemu di Mall”
 “Hah? Yang bener kamu”
Ternyata benar Rendi dan Fitri benar benar pacaran. Mereka benar benar mengkhianatiku. Aku tidak tau apa yang aku rasa saat ini,memang sakit ini terlalu sakit untukku. Aku terus mencoba menghubungi Rendi tapi nomernya selalu tidak aktif. Kemana Rendi? Apa dia sedang bersama Fitri?
**********
Aku hanya diam di depan Rendi dan menatap kota Jakarta dari atas gedung sekolah, aku tidak ingin berbicara dengannya. Aku sudah benci dengannya.
“Chaca, kamu kenapa, jangan diem aja dong?”
“Kamu jujur sama aku”
 “Maksud kamu Cha?”
“Udah Ren, tolong kamu jujur sama aku”
 “Aku minta maaf Cha, kalau selama ini aku nyakitin kamu. aku sayang sama kamu”
“Aku lebih sayang sama kamu Ren”
Aku gak nyangka hari ini Rendi memutuskan untuk berpisah denganku. Degg.. hatiku terasa sangat hancur, seperti di tusuk pisau. Aku tidak bisa menahan air mataku yang akhirnya jatuh di hadapan Rendi. Rasa sakit yang aku rasakan sama seperti dulu yang pernah aku rasakan.
     Aku berusaha untuk mempertahankan hubungan ku dengannya agar baik baik saja tetapi semuanya sia sia. Rendi tetap memutuskan untuk pergi dengan alasan yang tidak jelas.
  “Cha aku yakin ini yang terbaik untuk kita?”
“Aku sangat mencintai mu Ren”
  “Aku pun sangat mencintaimu, tapi aku udah gak bisa lanjutin hubungan ini”
“Aku harus apa? Aku tidak ingin kehilanganmu”
 “Maafin aku ya cha, aku sayang kamu”
“Di mana janji janji kamu yang dulu?”
 “Maafin aku cha, kamu cari yang lebih baik dari aku. Aku yakin kamu akan menemukan yang lebih baik dari aku”
“Yasudah lah, aku tidak bisa memaksamu untuk tetap bersamaku”
 “Jaga diri kamu baik baik ya cha, aku sayang kamu”
“Tinggalin aku sendiri Ren, aku sudah tau kamu pasti lebih memilih Fitri”
“Kamu tau dari mana?”
 “Aku sudah tau sejak lama, kalian pernah ke Kafe bersama? Kalian tidak sadar. Di belakangmu ada aku yang mendengar pembicaraan kalian”
“Aku minta maaf Cha, tapi aku bener sayang sama kamu”
 “Tinggalin aku sendiri”
“Tapi Cha”
           Aku hanya bisa menangis saat ini, seseorang yang aku cintai dia telah pergi. Aku menangis di atas gedung tanpa seoarang pun yang tau. Aku tidak tau seperti apa aku nantinya. Kehilangan sosok Rendi yang selalu bersamaku dalam keaadan apa pun, yang setia menjagaku dan kini dia telah pergi.
           Rasanya hari ini tiada berarti. Semua terasa sepi. Aku menatap langit langit di kamarku. Air mata yang terus mengalir tanpa mampu aku menahan semua yang ku rasa. Aku hanya ingin menangis. Ini memang terlalu sakit untukku. Semangat hidupku telah hilang, semua terasa tiada arti. Mataku memar karna menangis yang tiada hentinya. Untung aja ga nangis darah.
********
      Ingin rasanya aku melepas semua beban yang ada di hatiku. Aku lelah dengan semua yang telah aku pendam. Aku tidak ingin menceritakan ke ka Rani. Aku lebih memilih untuk memendam semuanya.
      Aku melepaskan bebanku dengan membuka akun berwarna biruku. Aku sudah lama tidak membuka Facebook. Baru beberapa menit di berandaku tertulis Rendi berpacaran dengan Fitri. Ini membuat aku semakin tak berdaya, dada terasa sangat sesak. Air mataku mengalir dan terus mengalir. Aku tidak percaya orang yang aku sayangi telah bersama sahabatku sendiri. Semua terasa seperti mimpi.
     Aku memang sudah lama tidak berkomunikasi dengan Fitri. Apa Fitri sejahat itu menusukku dari belakang. Sejahat itu kah sahabat yang sudah ku anggap seperti keluargaku sendiri. Aku harus cerita ke siapa. Aku sudah lelah menahan dan memendam semua yang telah aku rasakan. Aku benar benar patah semangat untuk melanjuti hidupku.
  “Ka Rani” aku masuk ke kamar ka Rani,
“Kamu kenapa de? Ko nangis?”
 “Ka Rendi eluk ka Rani dan air mataku terus mengalir.
“Kaka sudah tau dek semuanya. Kaka liat di facebook”
 “Ka aku sangat menyayangi Rendi, kenapa dia lebih memilih Fitri”
“Dek semua itu gak ada yang gak mungkin, kamu gak pernah tau selama ini mereka selalu bersama. Tuhan sudah mengatur semuanya.”
 “Tapi ka ini terlalu berat untuk aku, aku patah semangat ka”
“Dek kamu gak boleh gitu, kamu tetep sabar ya, kaka juga gak percaya Fitri sejahat itu dek sama kamu”
 “Mungkin aku harus merelakannya tapi hatiku gak bisa ngelakuin itu semua”
“Semua pasti ada balasannya dek, udah dong jangan nangis lagi nanti cantiknya ilang”
         Aku memeluk ka Rani. Aku tidak tau harus bagaimana. Apa aku terus menangis seperti ini untuk selamanya. Aku kembali kekamar dan merebahkan sejenak badanku dan memejamkan mataku. Setiap kali aku memejamkan mataku, aku selalu teringat sosok Rendi. Aku sangat merindukannya. Sudah 2 bulan aku kehilangannya. Kenangan kenangan itu selalu menghantui setiap aku ingin tidur.
       “drreeeettttt” handphone ku bergetar ada panggilan masuk di layar hape dengan nama Fitri. Dengan berat hati aku mengangkat telfonnya.
“Hallo”
 “Hallo cha, kamu abis nangis ya?”
“Engga”
 “Cha aku minta maaf ya sama kamu, aku sudah menolaknya tapi dia memaksaku”
“Iya gak papa, kamu bahagia sama dia, aku senang melihat kalian bersama”
    ‘Tuuuuuuut” aku mematikan telfonnya, aku menangis sejadi jadinya, aku putus asa dengan semuanya. aku tidak mengerti dengan hatiku, kenpa aku masih menyayangi Rendi, dia sudah banyak menyakitiku tapi itu semua tidak mengurangkan rasa sayang aku ke Rendi.
  Tuhan, kenapa semua terjadi seperti ini. mereka mengkhianatiku, aku sangat menyayangi dia dan sahabatku. Aku tidak bisa merelakan dia bersama sahabatku. Aku benci ada di posisi seperti ini.
       Hari semakin malam dan aku semakin merindukan sosok dirinya yang dulu pernah mengisi hari hari ku. Dan kini dia telah bersama sahabatku sendiri.
                                          *******
       Sudah lama aku tidak ke toko buku karna aku tak sanggup keluar rumah dengan keadaan kondisi yang sangat memprihatinkan. Aku ingin melepaskan semua bebanku ke toko buku. Aku membeli 5 novel.
        Dari kejauhan toko buku aku melihat Rendi dan Fitri yang sedang bersama.
Jleeebbbb seperti di sengat tawon yang tiba tiba datang. Aku ingin segera pulang dan menangis di rumah. Aku tidak bisa melihat orang yang dulu bersamaku kini sudah bersama sahabtku sendiri. Ada rasa kesal, marah, benci,sakit hati semua tercampur aduk. Ingin rasanya aku pergi dari dunia.
Merelakannya...
Tuhan aku tau ini memang berat
Tapi aku harus bisa menerima semuanya
Walaupun sakit aku tetap menyayanginya
Tuhan, sampaikan rinduku kepadanya
Bahwa aku sangat mencintainya
Dan masih mencintainya dalam kondisi apa pun