Aku sudah tidak sanggup sekelas dengan
Rendi, setiap kali aku melihatnya air mataku selalu ingin jatuh. Ingin rasanya
aku pindah sekolah di mana pun itu, di planet mana pun yang penting aku jauh
dari Rendi dan Fitri.
“Cha aku aku mau ngomong sama kamu”
“Kamu gak liat aku lagi baca novel”
“Cha ayo cha pleas”
“Ngomong aja sekarang”
“Cha ayok ikut aku ke
atas gedung”
“Untuk apa? Semua sudah jelas”
“Cha pleas”
Aku tidak tau untuk apa Fitri mengajakku ke
atas gedung sekolah. Apa di sana sudah ada Rendi.
“Mau ngapain kalian
ngajak aku ke sini?”
“Cha, aku gak bisa terus terusan kaya gini
sama kamu, aku capek harus diem dieman sama kamu, aku kangen kamu yang dulu”
“Udah ya lupain aja
aku, anggap aja kita gak pernah jadi TEMEN”
“Cha, ko kamu ngomong
gitu ke Fitri”
“Bukan urusan kamu Ren”
“Urusan aku lah, dia
pacarku”
“Yaudah kalian bahagia
ya, aku senang liat kali menyatu. Jaga Rendi ya Fit, aku sangat menyayanginya”
“Cha maafin aku cha”
“Semua sudah jelas!
Terimakasih atas goresan luka luka yang pernah kalian gores di hatiku”
Aku tak kuat menahan air mata. kenapa
Fitri tidak mengerti dengan perasaanku. Padahal dia tau bahwa aku sangat
menyayangi Rendi. Apa fitri juga benar mencintai Rendi selama ini.
Hari ini aku kehilangan konsentrasi
belajar. Aku hanya ingin menangis dan menangis. Aku berusaha tegar walau
sebenarnya aku tak mampu. Aku tidak bisa melihat Fitri dan Rendi. Setiap kali
aku melihat mereka ada rasa sakit,kesal,marah,benci tapi semua hanya bisa aku
pendam. Aku tidak ingin membenci mereka.
*********
Tuhan apa aku harus mengalah, merelakan dan
mengikhlaskan orang yang aku cintai bersama sahabatku sendiri. Ini terlalu
sulit untukku. aku sangat merindukan Rendi, ketika tertawa bersama, makan
bersama, bercanda bersamanya, suaranya, ketika dia marah dan semua tentangnya.
Aku ingin dia kembali,Tuhan.
“Chaca, nanti pulang bareng yuk”
“Aku gak bisa Ren, aku
harus ke toko buku”
“Aku anterin deh”
“Cha, tunggu”
“Apa lagi si Ren? Kamu belum puas nyakitin
aku? Aku capek Ren”
“Cha, aku minta maaf”
Aku tidak tau apa maksud Rendi untuk pulang
bersamaku. Belum cukup kah semuanya. aku tidak bisa melihat Rendi dan Fitri.
Setiap kali aku bertemu dengan mereka hatiku sangat terasa sakit. Bohong
rasanya kalau aku sudah tidak mencintai Rendi.
“Chaca” Fitri
mengejarku dari belakang
“Apa lagi si Fit?”
“Kamu mau sampai kapan
kaya gini sama aku? Cuekin aku? Kamu marah sama aku?”
“Udah ya Fit, aku gak mau bahas soal ini,
kalau kamu mau pacaran sama Rendi, pacaran aja sana. Gak ada hubungannya sama
aku. Tolong ya jangan ganggu aku”
“Cha, aku sahabat kamu,
mana mungkin aku ngebiarin sahabat aku sedih kaya gini”
“Bukan urusan kamu ya Fit”
“Aku tau Cha, aku
salah”
“Gak usah ngerasa
bersalah deh Fit. Kalau kamu emang sahabat aku. Kamu ngerti gimana perasaan
aku, kamu tau gimana jadi aku. Dan kamu gak mungkin nerima Rendi jadi pacar
kamu”
“Cha, aku jujur sama kamu, aku memang
mencintai Rendi”
“Kamu jahat Fit sama
aku! Makasih udah pernah jadi sahabat aku. Lupain semua tentang perasahabatan
kita”
“Cha, kamu jangan ngomong kaya gitu, aku gak
mau persahabatan kita Cuma sampai di sini”
“Ini semua karena kamu
Fit, aku ngalah buat kamu”
“Fitri, Chaca” Rendi
menghampiri kami
“Udah ya, aku mau
pulang”
“Cha, kamu jangan kaya
gini dong sama Fitri”
“Jahat kamu Ren, aku di
sini tulus sama kamu tapi kamu mencintai sahabatku sendiri”
“Cha, mungkin ini udah
takdir buat kita semua”
“AKU MENYESAL PERNAH
MENCINTAIMU DAN AKU MENYESAL PERNAH MEMILIKI SAHABAT SEPERTIMU”
Aku
meninggalkan Rendi dan Fitri. Sepertinya Fitri sangat takut kehilanganku.
Mungkin ini memang takdir. Aku harus menerima kisah cintaku yang seperti ini.
aku pulang dengan rasa sangat kecewa dan kecewa. Merelakan orang yang kita
sayang untuk sahabat kita sendiri.
Kadang
orang yang kita sayangi pada akhirnya dia yang akan membuat kita kecewa. Dia
yang akan membuat kita terluka. Dia yang akan membuat kita menangis. Dan pada
akhirnya orang yang kita sayang akan meninggalkan kita.
*********
Aku mencoba bangkit dari keterpurukanku. Aku
ingin mejalani hidup dengan semangat. Apa lah arti dia yang ku cintai sedangkan
dia tak peduli denganku. Move on hidup dan masa depan ku jauh lebih cerah. Aku
pasti bisa tanpa mu Rendi.
Akhir akhir ini aku sering pusing. Pusing
yang sangat sakit yang datang tiba tiba. Aku tidak sedang sakit dan aku baik baik saja. Mungkin
ini hanya penyakit pusing biasa yang nanti hilang dengan sendirinya.
Hari
ini aku ingi mengajak ka Rani ke toko buku untuk membeli Novel. Dan kebetulan
ka Rani juga ingin membeli buku.
“Dek, udah ketemu novelnya?”
“Apa ka?”
“Kamu gak denger kaka ngomong apa?”
“Apa ka
“Ya ampun dek”
“Ka kepalaku pusing sekali ka”
“Tadi kamu udah makan?”
“Udah ka, ka sakit banget ka”
Sakit kepala yang aku rasakan benar benar
sakit. Aku kehilangan keseimbangan, pengeliahatnku menjadi buram. aku terjatuh
pingsan.
Apa yang terjadi
denganku? Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnnya
Ka Rani membawaku pulang ke rumah. Mamah
sangat khawatir. Aku tidak tau apa yang aku rasakan yang jelas kepala ku sangat
terasa pusing dan aku tidak bisa membuka mataku.
Saat aku terbangun. Di sekelilingku sudah
ada mamah dan ka Rani tapi kenapa Fitri dan Rendi datang ke rumahku. Apa yang
mereka inginkan dariku. Apa mereka belum puasa menyakitiku. Dadaku terasa sesak
ketika melihat mereka. Kepalaku semakin terasa pusing dan sangat pusing.
“Cha kamu udah sadar?”
“Aku gapapa mah”
“Kamu kenapa bisa kaya gini cha?”
“Aku gak tau mah,
kepalaku terasa sangat pusing”
“Kalian ngapain di sini, belum puasa dengan
semuanya?”
“Cha sebelumnya aku
minta maaf, aku dan Rendi mau jenguk kamu”
“Aku gak perlu di jenguk, meningan kalian
pulang”
“Dek kamu gak boleh gitu,
mereka temen kamu”
“Cha hidung kamu keluar darah”
Aku tidak merasakan sakit tapi tiba tiba
hidungku mengeluarkan darah. Ka Rani dan mamah membawaku ke rumah sakit.
Sepanjang perjalanan mamahku hanya menangis melihat kondisiku yang sedang
pingsan.
“Mah udah jangan nangis, Chaca pasti baik baik
aja”
“Ran, mamah takut chaca
terkena penyakit yang membahayakan”
“Udah ya mah jangan berfikir yang negatif, aku
yakin chaca baik baik aja”
Sesampainya di rumah sakit, dokter
segera menanganiku dengan cepat. Mamah dan ka Rani hanya bisa menunggu di luar
dan mengirimkan doa untukku. Rendi,Fitri dan Putri menyusul ke rumah sakit.
Setengah jam dokter menanganiku, dokter
memberitahuku bahwa aku terkena penyakit Kanker sudah mencapai stadium 4.
“Dok bagaimana keadaan anak saya?”
“Anak ibu terkena penyakit kanker dan sudah
stadium 4”
“Gak mungkin dok”
“Kanker ini berkembang sangat cepat dan bisa
menyebabkan kematian”
“Dok tolong anak saya”
“Kami akan berusaha semampu kami dan hanya
keajaiban tuhan”
Kanker otak adalah penyakit kanker yang khusus menyerang otak sehingga
otak tidak bekerja sebagaimana mestinya karna gangguan tertentu. Kanker stadium
4 sudah sangat bahaya dan akan menyebabkan kematian yang sangat cepat.
Aku benar benar tidak menyangka terkena
penyakit kanker otak dan sudah stadium 4. Selama ini aku baik baik saja. Mamah
dan papah ku menangis karena takut kehilanganku. Ka Rani kaka tersayangku dia
tidak ingin kehilanganku.
“Mah, aku kenapa?”
“Kamu yang kuat ya
sayang”
“Tapi aku kenapa? Semuanya kenapa menangis?
Aku baik baik aja mah”
“Iya sayang, kita semua
sayang sama Chaca”
“Apa benar aku terkea penyakit kanker?”
“Iya sayang, kamu pasti
bisa lewatin penyakit ini”
Aku benar benar tidak percaya dengan semua
ini. apa aku bisa melawan penyakit seberat ini. kenapa harus aku, selalu aku
yang menderita. Tuhan aku ingin bahagia. Bisa kah ku beli kebahagiaan itu. Aku
lelah sungguh lelah dengan semuanya. aku ingin seperti ka Rani yang selalu
bahagia tanpa ada rasa sakit dalam hidupnya. Aku tau ini cobaan dariMU.
***********
Aku
tidak tau sampai kapan aku di rumah sakit. Aku ingin sembuh seperti mereka yang
sehat. Apa kah usia ku hanya sampai di sini. Aku ingin memberikan kebahagian
kepada keluargaku dan juga orang orang di sekelilingku.
“Tuuuuttttt”
“Hallo, ini siapa?”
“Chaca kah? Ini Fauzi”
“Fauzi? Fauzi siapa?”
“Kamu lupa dengan aku?”
“Fauzi Ramadhan?”
“Iya Chaca, gimana
kabar kamu?”
“Ya ampun, kamu kemana aja Ji. Kabar aku lagi
kurang baik, aku lagi di rawat di rumah sakit”
“Astaga kamu sakit apa? Aku jenguk kamu ya”
“Iya Ji, nanti aku
smsin alamat rumah sakitnya”
Fauzi
Ramadhan adalah sahabatku ketika aku Sd dan sampai aku SMA. Tapi dia pindah
sekolah dan aku sudah tidak tau kabar Fauzi. Dia sangat baik kepadaku. Kami
selalu di anggap seorang kekasih karena mesranya persahabatan kami.
Sudah
20 menit aku menunggu Fauzi di rumah sakit dan dia belum datang juga. Aku sudah
tidak sabar melihat wajahnya yang sekarang seperti apa. Apa masih ganteng kah?
Rambutnya yang jabrik membuat aku rindu padanya.
“Chaca”
“Fauzi”
“Ya ampun Cha, aku
kangen banget sama kamu”
“Kamu kemana aja Ji, tiba tiba menghilang”
“Aku ada ko di hati
kamu hehe”
“Kamu ya dari dulu sampe sekarang gak pernah
berubah gombalin aku terus”
“Hehe, ohiya kamu sakit
apa Cha”
“Aku sakit di tinggalin kamu Ji”
“Bisa aja kamu ahaha”
“Emang kamu doang yang bisa gombal hehe”
Sudah
hampir 20 menit kami bercakap cakap melepas kerinduan. Ka Rani memasuki
ruanganku.
“Fauzi”
“Eh ka Rani, masih inget sama Fauzi yang
ganteng ini hehe”
“Ganteng dari mana woo”
“Haha, ganteng ka kalo di liat dari atas
monas”
“Jahat nih Chaca”
“Jahatan kamu, ninggalin aku entah kemana”
“Ji,Chaca kan galauin
kamu terus”
“Ih ka Rani jangan lemes, aku malu”
“Ciee Chaca galauin
aku”
“Udah udah, nih mending makan kaka bawain
makanan”
Kehadiran
Fauzi membuat rasa sakitku hilang. Aku senang dia bisa hadir kembali lagi
bersamaku, sudah sekian lama dia meninggalkanku. Ka Rani dengan Fauzi memang
sudah akrab. Jadi tidak heran kalau kami berkumpul sudah seperti keluarga.