Selasa, 09 Juni 2015

ThankYouGod


   “Mah, kita berlibur ke Yogyakarta. Aku ingin ke sana tempat kelahiranku”
“Tapi kamu masih sakit Cha”
  “Aku baik baik aja mah”
“Pah bagaimana?”
  “Kenapa engga?”
“Bener ya pah, besok kita berangkat ya pah”
   Aku ingin sekali ke Jogja. Aku senang liburan di sini. Sudah lama aku tidak pulang ke kampung halaman. Sahabat sahabatku pun ikut. Saat berangkat menuju Jogja aku sangat merasa sehat. Walaupun kain putih masih di kepalaku karna benturan kecelakaan. Mungkin ini keajaiban Tuhan memberiku kesehatan.
  Di Jogja
      Sesampainya aku di Jogja aku beretemu dengan keluargaku. Aku tidur bersama Fitri. Kadang aku suka benci melihat Fitri karena kejadian dulu. Tapi aku berusaha melupakan semuanya dan menerima Fitri kembali sebagai sahabatku seperti dulu. Rendi dan Fauzi tidur satu kamar.
      Aku ingin berlibur ke Pantai Parangtritis letaknya di Desa Parangtritis Kec.Kretek Kab Bantul. Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir di sekitar pantai, yang biasa disebut gumuk. 
    Menunggu matahari tenggelam dari barat. Membuat suasana semakin romantis. Langit menjadi senja dengan warna jingganya. Sungguh ini keindahan Tuhan. Aku duduk di atas batu besar sembari memandangi ombak laut. Fauzi datang menghampiriku dan duduk disampingku.
   “Cha, kamu udah baikan?”
“iya aku ngerasa semua udah baik baik aja”
  “Oh bagus deh, semoga penyakit kamu hilang. Supaya aku bisa sama kamu selamanya”
“Haha dulu amu kemana aja Ji?”
  “Aku menghilang karena aku tidak ingin mengganggu hubunganmu dengan Rendi, ku fikir dia yang terbaik untukmu”
“Aku ngerasa kehilangan kamu”
  “Sudah ada Rendi di hatimu?”
“Kamu sahabat aku dan pasti aku sangat membutuhkanmu”
  “Maaf ya Cha”
“Iya gapapa ko”
  “Aku mencintaimu Cha”
   Deegggg.. kalimat itu mengingatkan ku kepada Rendi dulu. Yang menyatakan cintanya untukku tapi pada akhirnya ia meninggalkanku bersama sahabatku.
“Aku sudah memendamnya sejak lama. Mungkin ini saatnya aku menyatakannya.”
  “kenapa tidak kamu saja yang dulu bersamaku?”
“Aku takut kamu hanya menganggap ku sebagai sahabat dan tidak lebih”
  “Aku dulu pun menyayangimu”
“Tapi kenapa kamu memilih Rendi?”
  “Dan kenapa bukan kamu yang dulu menyatakan cinta pertama untukku?”
“yasudahlah Cha yang lalu biar lah berlalu! Aku ingin bersamamu untuk hari ini esok dan selamanya”
  “Apa kamu yakin denganku?”
“Iya aku sangat yakin, walaupun ku tau kamu masih menyayangi Rendi dan masih belum merelakannya”
  Mendengar kata Rendi membuat hatiku terasa sakit. Memang aku sangat menyayangi dan masih mencintai Rendi dan masih beraharap bersamanya. Tapi itu semua akan sia sia dia sudah menjadi pacar sahabatku. Fauzi bagaikan pelangi baru yang datang sangat indah. Ku harap Fauzi benar benar mencintaiku dengan tulus.
  Parangtritis menjadi kisah cintaku bersama Fauzi. Aku berharap Fauzi cinta terakhirku. Aku ingin melupakan Rendi yang dulu menyia nyiakanku.
******
     Sudah seminggu aku di Jogja dan aku sudah menesuluri wisata wisata di Jogja seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur, Kettep Pass, Keraton Jogja. Dan aku masih ingin mengunjungi wisata di sini karena Jogja memang sangat istimewa. Lebih istimewa karena aku di temani oleh Fauzi. Dia benar benar menyayangiku. Tidak seperti Rendi. Mungkin Rendi bukan yang terbaik untukku dan Tuhan menggantikannya dengan Fauzi yang tulus.
    Besok aku harus pulang ke Jakarta karena ayahku ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggal. Aku ingin mengajak Rendi,Fitri,Fauzi berlibur ke Bukit Bintang. Bukit bintang salah satu tempat wisata malam yang sangat indah. Kita bisa melihat hamparan kota yang indah. Melihat bintang bertebaran di langit.
 “Kenapa kamu ngajak kita ke sini Cha?”
“Aku mau menikmati saat indah bersama sahabatku”
 “Memangnya kamu mau kemana?”
“Aku gak ke mana mana”
 “Ohiya Cha Fauzi sama Rendi mana?”
“Mungkin dia sebentar lagi datang”
 “Cha maafin aku ya waktu itu ngasih kesempatan untuk Rendi. Aku masih seperti anak kecil. Aku harusnya mengerti perasaanmu saat itu. Aku terlalu bodoh menyakiti perasaanmu”
“Gapapa ko, yang lalu biarkan berlalu”
 “Ohiya Cha, Putri kemana ya ko gak pernah ngasih kabar ke kita?”
“Aku juga engga tau, aku sangat merindukannya”
 “Apa dia lupa dengan kita?”
“Mana mungkin dia melupakan kita, berdoa saja semoga Putri dan keluarganya baik baik”
 “Amiin Cha”
“Ohhiya, Fit kalo kita udah gak ketemu lagi kamu tetap jadi sahabatku ya, dan jangan lupain aku”
 “ko kamu ngomong gitu cha?”
     Fauzi tiba di bukit bintang sendiri dan kemana Rendi. Kenapa Fauzi tidak bersama Rendi.
“Chaca?” melambaikan tangan dari kejauhan
 “Kamu ko sendiri? Rendi kemaana?”
“Dia sudah pulang ke Jakarta karena ada urusan keluarganya yang gabisa di tinggal, kamu kenapa sendiri? Fitri mana?”
 “Ohgitu, Fitri tadi bilang mau beli makanan”
“Kenapa? Kamu kangen sama dia?”
 “Gitu aja cemburu, aku kan Cuma nanya”
“Siapa yang cemburu GeR hahah, ohiya Rendi ngasih ini buat kamu”
 “Surat apa ini?”
“Katanya kamu boleh buka kalo lagi sendiri”
 “Ohiya deh, ko cemberut sih”
“siapa yang cemberut”
 “Itu mukanya hahaha”
   Rendi pergi tanpa pamit kepadaku. Sebenernya aku masih menyimpan rasa rindu kepadanya. Tapi aku berusaha melupakan, melupakan dan melupakan. Karena kini sudah ada yang menggantikan dan mengisi hari hari ku dengan indah, iya Fauzi.
 “Cha ini makananya”
“Ko lama Fit?”
 “Hehe tadi aku makan dulu di sana”
“Oh iya Fit, tolong kasih ke mamah aku ya ini surat buat mereka”
 “Kenapa engga kamu aja yang ngasih?”
“Gapapa, tapi kamu ngasihnya nanti pada waktunya”
 “Tapi kapan?” nanti kamu akan ngerti ko”
“Oh yaudah deh, aku pulang duluan ya ngantuk banget”
   Jarum jam di tanganku sudah menunjukkan angka 8. Di sini aku dan Fauzi menatap bintang bintang yang sangat indah. Dengan di temani angin malam yang sejuk. Hamparan kota Jogja yang indah membuat suasa menjadi romantis di tambah dengan lagu lagu melow yang di mainkan seseorang.
 “Cha, liat bintang di atas sana!”
“Indah ya Ji”
 “Iya sangat indah, seperti kamu”
“Gombal deh kamu”
 “Aku sayang sama kamu Cha,kamu jangan tinggalin aku ya”
“Iya aku janji ko gak akan ninggalin kamu”
 “Aku engga mau kehilangan kamu”
“Lihat bintang di sana, sangat indah namun sulit untuk kita gapai”
 “Di mana pun kamu, aku akan tetap mencintaimu”
   Jarum jam sudah menunjukkan angka 9. Aku dan Rendi menuju ke rumah. Malam ini adalah malam terakhir aku di Jogja dan esok pagi pagi sekali aku harus berangkat ke Jogja.
********
   Sesampainya aku di rumah, Fitri sudah tidur. Aku buka surat dari Rendi. Kurang lebih isinya seperti ini
    Dear Chaca
Haii Cha, maaf ya aku gak bilang ke kamu kalo aku harus pulang duluan karena udah gak ada waktu buat ketemu kamu. Sebenernya aku kangen banget sama kamu. Aku nyesel pernah mutusin kamu demi Fitri. Padahal kamu yang lebih mencintai aku dengan tulus. Tapi aku bodoh menyia nyiakan kamu. Aku masih sayang sama kamu Cha. Kamu mau kan balik lagi sama aku? Sampai ketemu di Jakarta ya Cha.
Salam sayang
Rendi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar