“Mah, kita berlibur ke Yogyakarta. Aku ingin
ke sana tempat kelahiranku”
“Tapi kamu masih sakit
Cha”
“Aku baik baik aja mah”
“Pah bagaimana?”
“Kenapa engga?”
“Bener ya pah, besok
kita berangkat ya pah”
Aku ingin sekali ke Jogja. Aku senang
liburan di sini. Sudah lama aku tidak pulang ke kampung halaman. Sahabat
sahabatku pun ikut. Saat berangkat menuju Jogja aku sangat merasa sehat.
Walaupun kain putih masih di kepalaku karna benturan kecelakaan. Mungkin ini
keajaiban Tuhan memberiku kesehatan.
Di
Jogja
Sesampainya aku di Jogja aku beretemu
dengan keluargaku. Aku tidur bersama Fitri. Kadang aku suka benci melihat Fitri
karena kejadian dulu. Tapi aku berusaha melupakan semuanya dan menerima Fitri
kembali sebagai sahabatku seperti dulu. Rendi dan Fauzi tidur satu kamar.
Aku ingin berlibur ke Pantai Parangtritis
letaknya di Desa Parangtritis Kec.Kretek Kab Bantul. Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta
selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah.
Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek
wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir di
sekitar pantai, yang biasa disebut gumuk.
Menunggu matahari tenggelam dari barat.
Membuat suasana semakin romantis. Langit menjadi senja dengan warna jingganya.
Sungguh ini keindahan Tuhan. Aku duduk di atas batu besar sembari memandangi
ombak laut. Fauzi datang menghampiriku dan duduk disampingku.
“Cha, kamu udah baikan?”
“iya
aku ngerasa semua udah baik baik aja”
“Oh bagus deh, semoga penyakit kamu hilang.
Supaya aku bisa sama kamu selamanya”
“Haha
dulu amu kemana aja Ji?”
“Aku menghilang karena aku tidak ingin
mengganggu hubunganmu dengan Rendi, ku fikir dia yang terbaik untukmu”
“Aku
ngerasa kehilangan kamu”
“Sudah ada Rendi di hatimu?”
“Kamu
sahabat aku dan pasti aku sangat membutuhkanmu”
“Maaf ya Cha”
“Iya
gapapa ko”
“Aku mencintaimu Cha”
Deegggg.. kalimat itu mengingatkan ku kepada
Rendi dulu. Yang menyatakan cintanya untukku tapi pada akhirnya ia
meninggalkanku bersama sahabatku.
“Aku
sudah memendamnya sejak lama. Mungkin ini saatnya aku menyatakannya.”
“kenapa tidak kamu saja yang dulu bersamaku?”
“Aku
takut kamu hanya menganggap ku sebagai sahabat dan tidak lebih”
“Aku dulu pun menyayangimu”
“Tapi
kenapa kamu memilih Rendi?”
“Dan kenapa bukan kamu yang dulu menyatakan
cinta pertama untukku?”
“yasudahlah
Cha yang lalu biar lah berlalu! Aku ingin bersamamu untuk hari ini esok dan
selamanya”
“Apa kamu yakin denganku?”
“Iya
aku sangat yakin, walaupun ku tau kamu masih menyayangi Rendi dan masih belum
merelakannya”
Mendengar kata Rendi membuat hatiku terasa
sakit. Memang aku sangat menyayangi dan masih mencintai Rendi dan masih
beraharap bersamanya. Tapi itu semua akan sia sia dia sudah menjadi pacar
sahabatku. Fauzi bagaikan pelangi baru yang datang sangat indah. Ku harap Fauzi
benar benar mencintaiku dengan tulus.
Parangtritis menjadi kisah cintaku bersama
Fauzi. Aku berharap Fauzi cinta terakhirku. Aku ingin melupakan Rendi yang dulu
menyia nyiakanku.
******
Sudah seminggu aku di Jogja dan aku sudah
menesuluri wisata wisata di Jogja seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur,
Kettep Pass, Keraton Jogja. Dan aku masih ingin mengunjungi wisata di sini
karena Jogja memang sangat istimewa. Lebih istimewa karena aku di temani oleh
Fauzi. Dia benar benar menyayangiku. Tidak seperti Rendi. Mungkin Rendi bukan
yang terbaik untukku dan Tuhan menggantikannya dengan Fauzi yang tulus.
Besok aku harus pulang ke Jakarta karena
ayahku ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggal. Aku ingin mengajak
Rendi,Fitri,Fauzi berlibur ke Bukit Bintang. Bukit bintang salah satu tempat
wisata malam yang sangat indah. Kita bisa melihat hamparan kota yang indah.
Melihat bintang bertebaran di langit.
“Kenapa kamu ngajak kita ke sini Cha?”
“Aku
mau menikmati saat indah bersama sahabatku”
“Memangnya kamu mau kemana?”
“Aku
gak ke mana mana”
“Ohiya Cha Fauzi sama Rendi mana?”
“Mungkin
dia sebentar lagi datang”
“Cha maafin aku ya waktu itu ngasih kesempatan
untuk Rendi. Aku masih seperti anak kecil. Aku harusnya mengerti perasaanmu
saat itu. Aku terlalu bodoh menyakiti perasaanmu”
“Gapapa
ko, yang lalu biarkan berlalu”
“Ohiya Cha, Putri kemana ya ko gak pernah
ngasih kabar ke kita?”
“Aku
juga engga tau, aku sangat merindukannya”
“Apa dia lupa dengan kita?”
“Mana
mungkin dia melupakan kita, berdoa saja semoga Putri dan keluarganya baik baik”
“Amiin Cha”
“Ohhiya,
Fit kalo kita udah gak ketemu lagi kamu tetap jadi sahabatku ya, dan jangan
lupain aku”
“ko kamu ngomong gitu cha?”
Fauzi tiba di bukit bintang sendiri dan
kemana Rendi. Kenapa Fauzi tidak bersama Rendi.
“Chaca?”
melambaikan tangan dari kejauhan
“Kamu ko sendiri? Rendi kemaana?”
“Dia
sudah pulang ke Jakarta karena ada urusan keluarganya yang gabisa di tinggal,
kamu kenapa sendiri? Fitri mana?”
“Ohgitu, Fitri tadi bilang mau beli makanan”
“Kenapa?
Kamu kangen sama dia?”
“Gitu aja cemburu, aku kan Cuma nanya”
“Siapa
yang cemburu GeR hahah, ohiya Rendi ngasih ini buat kamu”
“Surat apa ini?”
“Katanya
kamu boleh buka kalo lagi sendiri”
“Ohiya deh, ko cemberut sih”
“siapa
yang cemberut”
“Itu mukanya hahaha”
Rendi pergi tanpa pamit kepadaku. Sebenernya
aku masih menyimpan rasa rindu kepadanya. Tapi aku berusaha melupakan,
melupakan dan melupakan. Karena kini sudah ada yang menggantikan dan mengisi
hari hari ku dengan indah, iya Fauzi.
“Cha ini makananya”
“Ko
lama Fit?”
“Hehe tadi aku makan dulu di sana”
“Oh iya
Fit, tolong kasih ke mamah aku ya ini surat buat mereka”
“Kenapa engga kamu aja yang ngasih?”
“Gapapa,
tapi kamu ngasihnya nanti pada waktunya”
“Tapi kapan?” nanti kamu akan ngerti ko”
“Oh
yaudah deh, aku pulang duluan ya ngantuk banget”
Jarum jam di tanganku sudah menunjukkan
angka 8. Di sini aku dan Fauzi menatap bintang bintang yang sangat indah.
Dengan di temani angin malam yang sejuk. Hamparan kota Jogja yang indah membuat
suasa menjadi romantis di tambah dengan lagu lagu melow yang di mainkan
seseorang.
“Cha, liat bintang di atas sana!”
“Indah
ya Ji”
“Iya sangat indah, seperti kamu”
“Gombal
deh kamu”
“Aku sayang sama kamu Cha,kamu jangan
tinggalin aku ya”
“Iya
aku janji ko gak akan ninggalin kamu”
“Aku engga mau kehilangan kamu”
“Lihat
bintang di sana, sangat indah namun sulit untuk kita gapai”
“Di mana pun kamu, aku akan tetap mencintaimu”
Jarum jam sudah menunjukkan angka 9. Aku dan
Rendi menuju ke rumah. Malam ini adalah malam terakhir aku di Jogja dan esok
pagi pagi sekali aku harus berangkat ke Jogja.
********
Sesampainya aku di rumah, Fitri sudah tidur.
Aku buka surat dari Rendi. Kurang lebih isinya seperti ini
Dear
Chaca
Haii Cha, maaf ya aku gak bilang ke kamu kalo aku harus
pulang duluan karena udah gak ada waktu buat ketemu kamu. Sebenernya aku kangen
banget sama kamu. Aku nyesel pernah mutusin kamu demi Fitri. Padahal kamu yang
lebih mencintai aku dengan tulus. Tapi aku bodoh menyia nyiakan kamu. Aku masih
sayang sama kamu Cha. Kamu mau kan balik lagi sama aku? Sampai ketemu di
Jakarta ya Cha.
Salam sayang
Rendi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar