Aku menelusuri sekolah baruku. Namaku Kiki Zalsa aku dari kota Jakarta pindah ke Desa Linu Kec.Pangandaran. Mamah dan Ayahku mengalami kebangkrutan yang sangat besar. Fasilitas dan rumah di sita oleh bank. Aku tidak percaya kalao keluargaku tiba tiba mengalami miskin dadakan. Desa ini sepertinya masih memegang kebudayaan dan adat istiadatnya.
Rumahku di sini sangat sederhana berisi dua kamar tidur,ruang tamu,dapur dan kamar mandi. Aku harus bisa menyesuaikan diriku denga suasana seperti ini. Rumahku yang dulu berbeda sangat jauh. Mungkin bisa di bilang rumah ku adalah rumah terbesar di kota itu.
Bukan hanya rumahku saja tapi sekolah,teman dan lainnya juga berbeda.
Anak anak di sini cukup ramah padaku. Hanya saja aku masih malu bergaul dengan mereka.
Aku harus belajar hemat dan tidak manja lagi seperti di makasar.
Sekolah baruku cukup bagus meskipun sangat sederhana. Aku masih duduk di kelas 3 smp. Teman temanku di sini sangat baik, mereka berteman tidak memandang dari harta ataupun kecantikan. Berbeda sekali dengan di Jakarta. Di sana pergaulan cukup bebas. Berteman dengan orang yang kaya, cantik dan pintar. Aku tidak terima dengan adanya pertemanan yang seperti ini. Bukan kah berteman dengan siapa saja? Tidak memandang dia kaya atau miskin atau apalah yang membuat mereka berbeda.
Di sekolah baruku tidak ada yang namanya pacaran. Mereka berteman dengan siapapun. Kalau di beri pilihan aku akan memilih tinggal di desa dibanding tinggal di Jakarta.
Hal yang paling aku suka di sini adalah pergaulannya. Aku bisa belajar menjadi lebih baik. Awalnya memang aku tidak suka tinggal di desa. Suananya masih kampung tapi ternyata aku salah pemikiran.
Di Jakarta teman temanku sudah banyak yang menggunakan gadget,handphone,laptop dan lain sebagainya. Tapi di desa ini hanya beberapa saja yang memakai alat komunikasi, sehingga mereka terlihat sangat akrab dan silaturahmi yang sangat erat. Aku tidak membanding bandingkan suatu kehidupan tapi sepertinya lebih baik hidup di desa. Solidaritas dan kerja sama belum luntur sama sekali. Tapi di Kota sepertinya tradisi seperti itu sudah punah dan hanya mementingkan diri sendiri.
Temanku di sana memang banyak, berkumpul sepanjang hari tapi kebersamaan yang ku rasa tidak pernah ada. Mereka sibuk dengan social media yang kini semakin canggih.
Perkembangan zaman yang mulai berubah memang sangat di perlukan tapi kebanyakan mereka menyalah gunakan ke hal yang baik.
Aku akan tinggal di desa. Aku tidak meminta ayah ku pindah ke Jakarta. Aku lebih suka di sini, meskipun ayah dan ibuku hanya sebagai petani tetapi kehidupan kami terasa begitu bahagia. Karena waktu di kota ayah dan mamah ku sangat sibuk dengan pekerjaan masing masing. Kami tidak dapat berkumpul dan membagi waktu dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar