Pagi ini ketika bangun tidur aku tak lagi memikirkanmu. Ku tatap langit langit kamar yang masih di hiasi lampu. Aku bersyukur kepada Tuhan yang masih mengizinkan aku untuk menghirup udara segar di sini. Meski bayang bayangmu masih menghiasi tapi ku yakin seiring berjalannya waktu kamu akan pergi dengan sendirinya.
Matahari yang sinarnya begitu cerah seperti mengajakku untuk bangkit.
Kini aku akan memulai hariku dengan bahagia. Tanpa tangisan dan keterpurukan.
Pagi ini es teh manis dan sepotong roti menemaniku di awal pagi. Ku hirup perlahan lahan dan mulai menghangatkan tubuhku. Aku membuatnya tidak terlalu manis karena aku tidak bisa dengan hal yang manis manis. Roti yang sudah menunggu ku lahap ku biarkan di atas piring. Aku tidak memakannya karena aku tidak begitu terlalu suka dengan roti.
Jam di lingkaran tanganku sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Hari ini ada kelas bahasa jepang. Kelas yang begitu aku sukai sejak awal.
Aku menelusuri kampus dengan wajah yang bisa ku pastikan sangat bahagia.
Kakiku terhenti ketika aku melihat seseorang yang pernah singgah di hatiku bersama temanku sendiri.
Sedikit ada rasa sakit tapi aku tidak peduli. Aku berjalan di depan mereka dan hanya tersenyum kecut dan aku berlalu bagai tertiup angin.
Di mejaku sudah ada dua permen lolipop. Aku tidak menyentuhnya, di sana juga ada selembar surat. Aku membuka surat berwarna merah itu. Di dalamnya sang penulis mengatakan bahwa ia mencintaiku sejak pertama ia melihatku di taman sedang menangis. Tapi ia tak menuliskan namanya di ujung surat.
Waktu itu aku memang sedang menangis karena aku baru saja putus dengan mantanku. Dan aku baru sadar ternyata ada yang memperhatikanku.
Aku mengambil permen dan ku makan satu. Rasanya melon, aku heran kenapa ia tahu permen kesukaanku dan siapa orang ini.
Sudah satu bulan setiap aku memasuki kelas jepang. Dua permen lolipop sudah ada di mejaku. Aku tidak ambil pusing untuk menanyakan hal ini pada temanku. Tapi pagi ini permen permen itu tak ada lagi di mejaku. Wajah bingungku sepertinya sudah terbaca oleh temanku. Dia bilang orang yang biasa memberiku permen itu terkena penyakit jantung dan tadi malam ia tidak bisa diselamtkan oleh dokter. Ia memberikan alamat rumah lelaki itu.
Aku memesan sebuah taksi dan memberikan alamatnya kepada pak sopir.
Setelah dua menit sampai rumahnya, benar saja di sana sudah ada bendera warna kuning. Dan aku terlambat datang ke sana. Aku meminta sopir untuk menuju makam. Ketika melihat fotonya di atas bunga bunga yang bertebaran, ternyata ia adalah seseorang dulu pernah memberiku sebuah permen ketika aku sedang menangis karena bertengkar hebat dengan mantanku.
Tapi kenapa dia pergi secepat ini? Dia belum sempat mengulurkan tangannya padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar