Selasa, 16 Juni 2015

Aku Ingin Mencintaimu Dan Melupakanmu dengan Sederhana

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Seperti embun hinggap di tepian daun
Dan tanah yang sabar menyambutnya jatuh

Tapi aku ingin melupakanmu

Aku ingin mncintaimu dengan sederhana
Seperti mata yang berkedip
Menyambut pagi, dan daun jendela
Yang mengintip matahari

Tapi aku ingin melupakanmu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Seperti gerimis pada jendela dan uap napasmu menulis nama 'kita'

Tapi aku ingin melupakanmu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Seperti waktu yang tak pernah berhenti
Dan senyummu yang mengabadikannya

Tapi aku ingin melupakanmu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Seperti sebuah peluk yang sebentar
Dan satu kecup yang perlahan saja

Tapi aku ingin melupakanmu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Seperti kata 'rindu' yang ku ucap
Dan kau membalasnya dengan 'aku juga'

Tapi aku ingin melupakanmu

Aku ingin melupakanmu dengan sederhana
Sesederhana air mata yang mengalir
Sesederhana genggam tangan yang terlepas

Tapi aku ingin mencintaimu

-Bernard Batubara

Senin, 15 Juni 2015

Doaku Untukmu

Aku tidak lagi mencarimu
Aku tidak lagi menanyakanmu
Tetapi perlu kamu ketahui
Meski kamu tidak mau tau
Aku di sini masih menantimu
Menunggu menunggu dan menunggu
Aku tidak akan pergi apalagi bangkit
Karna kamu adalah cintaku

Aku tidak akan menghentikanmu
Pergilah dengan bebas
Aku tidak akan menyuruhmu untuk di sini
Aku hanya ingin kau tau
Di setiap doaku
Di sepanjang sholat lima waktuku
Namamu tak henti ku sebut
Kesuksesanmu tak henti ku memohon
Meski suatu saat nanti
Aku tidak disampingmu

Aku tidak pernah berhenti untuk mencintaimu
Aku hanya berfikir
Aku tidak pantas lagi mempertahankan cinta ini
Aku tidak perlu lagi berjuang
Meskipun begitu sulit membuka hati pada orang lain
Meskipun aku selalu gagal melupakanmu
Kamu akan selalu menjadi yang terindah di hati ini

Selasa, 09 Juni 2015

Permen Lolipop

Pagi ini ketika bangun tidur aku tak lagi memikirkanmu. Ku tatap langit langit kamar yang masih di hiasi lampu. Aku bersyukur kepada Tuhan yang masih mengizinkan aku untuk menghirup udara segar di sini. Meski bayang bayangmu masih menghiasi tapi ku yakin seiring berjalannya waktu kamu akan pergi dengan sendirinya.
Matahari yang sinarnya begitu cerah seperti mengajakku untuk bangkit.
Kini aku akan memulai hariku dengan bahagia. Tanpa tangisan dan keterpurukan.
Pagi ini es teh manis dan sepotong roti menemaniku di awal pagi. Ku hirup perlahan lahan dan mulai menghangatkan tubuhku. Aku membuatnya tidak terlalu manis karena aku tidak bisa dengan hal yang manis manis. Roti yang sudah menunggu ku lahap ku biarkan di atas piring. Aku tidak memakannya karena aku tidak begitu terlalu suka dengan roti.

Jam di lingkaran tanganku sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Hari ini ada kelas bahasa jepang. Kelas yang begitu aku sukai sejak awal.
Aku menelusuri kampus dengan wajah yang bisa ku pastikan sangat bahagia.
Kakiku terhenti ketika aku melihat seseorang yang pernah singgah di hatiku bersama temanku sendiri.
Sedikit ada rasa sakit tapi aku tidak peduli. Aku berjalan di depan mereka dan hanya tersenyum kecut dan aku berlalu bagai tertiup angin.
Di mejaku sudah ada dua permen lolipop. Aku tidak menyentuhnya, di sana juga ada selembar surat. Aku membuka surat berwarna merah itu. Di dalamnya sang penulis mengatakan bahwa ia mencintaiku sejak pertama ia melihatku di taman sedang menangis. Tapi ia tak menuliskan namanya di ujung surat.
Waktu itu aku memang sedang menangis karena aku baru saja putus dengan mantanku. Dan aku baru sadar ternyata ada yang memperhatikanku.
Aku mengambil permen dan ku makan satu. Rasanya melon, aku heran kenapa ia tahu permen kesukaanku dan siapa orang ini.

Sudah satu bulan setiap aku memasuki kelas jepang. Dua permen lolipop sudah ada di mejaku. Aku tidak ambil pusing untuk menanyakan hal ini pada temanku. Tapi pagi ini permen permen itu tak ada lagi di mejaku. Wajah bingungku sepertinya sudah terbaca oleh temanku. Dia bilang orang yang biasa memberiku permen itu terkena penyakit jantung dan tadi malam ia tidak bisa diselamtkan oleh dokter. Ia memberikan alamat rumah lelaki itu.
Aku memesan sebuah taksi dan memberikan alamatnya kepada pak sopir.
Setelah dua menit sampai rumahnya, benar saja di sana sudah ada bendera warna kuning. Dan aku terlambat datang ke sana. Aku meminta sopir untuk menuju makam. Ketika melihat fotonya di atas bunga bunga yang bertebaran, ternyata ia adalah seseorang dulu pernah memberiku sebuah permen ketika aku sedang menangis karena bertengkar hebat dengan mantanku.
Tapi kenapa dia pergi secepat ini? Dia belum sempat mengulurkan tangannya padaku.

ThankYouGod


Aku tiba di Jakarta sudah larut malam. Fauzi menginap di rumah ku untuk satu malam. Dan Fitri pulang ke rumah karena rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah ku.
           Ujian Nasional sudah hampir tiba. Aku sangat sibuk dengan tugas tugas ku di sekolah. Fauzi pun seperti aku. Jadi kami saling mengerti. Setelah itu aku akan menuruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Aku ingin kuliah di mana ya? Aku masih bingung tapi aku mau satu kuliah dengan Fauzi hehe.
  “Hallo, Chaca sayang?
“Hallo, Fauzi?”
  “Kamu sibuk engga?”
“Engga ko yang”
  “Nanti sore aku mau ngajak kamu ketemuan, aku kangen berat sama kamu hehe”
“haha lebay deh kamu”
 “Di tempat biasa ya sayang, jam 4 sore. Love you sayang”
    Memang si rindu ini sudah tidak bisa di tahan lagi. Ingin sekali bertemu dengan Fauzi hehe.
  Di Taman
“Doaarrrrr” Fauzi ang tiba tiba datang dari belakang ku’
 “Ish kamu kagetin aja deh”
“hehe yaudah dong jangan cemberut, aku punya sesuatu buat kamu”
 “Apa? Bom ya? Kamu mau bunuh aku ya haha”
“Iya kenapa, abis kamu udah bikin aku jatuh cinta si hehe”
 “Hahaha bisa aja deh kamu”
“Ini buat kamu”
 “Kotak apa ini, warnanya lucu pink hehe”
“Iya dong, kamu buka di rumah aja ya, biar penasaran hehe”
 “Iya deh”
“beberapa minggu lagi kita udah ujian nasional. Maaf ya kalau jarang ngehubungi kamu”
 “Iya gapapa ko, aku juga ngerti”
    Kepala ku terasa sangat sakit. Rasa sakit ini kembali hadir di kepalaku. Aku semakin tidak jelas melihat Fauzi.
 “Cha, kamu kenapa?”
“Engga, aku gapapa ko”
 “Cha idung kamu keluar darah Cha”
  “Kita pulang aja ya Cha”
  Aku pulang dan aku hanya diam selama di perjalanan. Rendi yang menyetir mobil terlihat sangat panik melihat kondisiku.
 “Kamu minum obatnya terus tidur ya, kalau ada apa apa telfon aku”
 “Siapp boss”
“Salam buat mamah ya, aku pulang ya sayang”
 “Hati hati ya sayang”

**************
 Tokkk, toookkk”
Siapa yang datang malam malam dan mencariku. Fauzi kah? Mana mungkin dia mau mengganggu istirahatku. Atau Rendi, untuk apa dia menemuiku.
 “Chaca gimana kabar kamu?”
“Rendi?”
 “Kenapa Cha? Ko kaget gitu sih, emang aku kaya hantu ya?”
“Ngapain malem malem dateng ke rumah aku?”
 “Kamu udah baca surat dari aku?”
“Udah” jawabku nada jutek
 “Aku masih ada kesempatankan di hati kamu?”
 “Maaf Ren, yang lalu biar berlalu. Lupain aja tentang aku”
“Kamu masih sayag kan sama aku? Masih cintai aku kan Cha”?
 “Dulu kamu kemana aja? Di saat aku bener bener serius sama kamu, kamu ninggalin aku demi sahabat aku. Itu rasanya sakir Ren. Belom puas kamu nyakitin aku?’
“Maaf Cha, iya aku dulu salah cha. Kamu bener bener tulus sama aku. Maafin aku Cha”
 “Aku selalu maafin kamu, mending kamu pulang sana. Aku capek mau istirahat”
“Cha kasih aku kesempatan satu kali lagi. Aku gak akan nyia nyiakin kamu lagi Cha”
 “Hati aku udah ada seseorang jadi tolong jangan ganggu ya”
“Siapa yang udah gantiin aku di hati kamu?”
 “Kamu gak perlu tau dia siapa, yang jelas aku bahagia bersamanya, kamu meningan sama sahabat aku aja sana haha”
Rendi datang dan meminta aku kembali bersamanya. Luka yang kemarin belum sembuh dan dia sudah ingin hadir kembali bersamaku. Aku memang masih menyayanginya. Tapi tidak mudah menerima yang telah pergi untuk kembali. Aku sudah bersama Fauzi aku sudah bahagia bersamanya.
Jangan pernah sia siain orang yang saat ini menyayangi kamu. Sebelum dia pergi meninggalkan kamu. Dan itu semua akan menjadi penyesalan.
***************
Hari ini mamah ngajak piknik di pinggir Danau. Kayanya menyenangkan deh. Ka Rani sama Ayah juga ikut. Dan yang jelas Fauzi ikut dong hhehe.
      “Fauzi, gimana sama Chaca”
       “Ka Rani kepo deh”Jawabku dengan melet
      “Kaka nanya Fauzi bukan kamu yee”
       “Udah udah jangan berantem kalian ini”
      “Baik baik aja ko ka” kata fauzi
       “Jangan kaya itu ya mantannya yang jahat itu haha, upss keceplosan hehe”
      “KA RANIIIIIIII” Aku mengejar ka Rani di pinggir danau
 Suasana menjadi sangat indah. Kami makan bersama menikmati pemandangan Danau. Aku sangat bahagia punya orang orang yang selalu menyayangiku.
Tuhan aku jaga mereka yang selalu aku sayang. Aku ingin selalu mereka bahagia. Lindungi mereka. Jangan biarkan kesedihan di hatinya. Ka Rani, mamah dan ayah. Keluarga yang sangat aku sayangi. Fauzi kekasihku yang sangat aku cintai. Aku ingin slelau di dekat mereka, ingin selalu bersama mereka sampai kapan pun.
“Chaca, naik perahu yuk” Fauzi menarikku menuju perahu yang ada di danau
“Fauzi pelan pelan nanti kita jatuh”
 “Tenang aja, kalo kamu jatoh kan jatohnya di hati aku hehe”
“Alu serius kamu malah gombal”
 “Hehe aku juga serius tau”
“Cha dayung yang kuat dong payah nih kamu”
 “Kamu aja dayungnya pelan” aku meletkan lidah ke Fauzi
“Cha, jangan pernah tinggalin aku ya”
 “Aku gak akan ninggalin kamu ko”
“Janji ya Cha”
 “Iya aku Janji”
“Janji kelingking” Fauzi menjulurkan jari kelingkingnya dan aku membalasnya.
 “Cha itu Rendi ya?”
 “Iya, ngapain dia ke sini?”
“Aku juga gak tau Cha, yaudah kita ke sana”
Rendi menyuslku ke danau. Untuk apa dia ke sini. Apa dia ingin mencari tau siapa pacarku?
“Chaca”
 “Kamu ngapain ke sini”
“Jadi ini pacar kamu? Sahabat aku dulu?”
 “Iya kenapa?”
“Berani beraninya ya lo Ji ngerebut Chaca dari gue”
 “Gue gak ngerebut dia dari lo, lo dulu kemana aja men”
Lemparan tangan mendarat di pipi Fauzi sampai berdarah. Dan Fauzi pun membalas ke pipi Rendi.
“Udah, udah jangan berantem. Kaya anak kecil tau gak”
 “Gak tau diri lo Ji”
“Eh Ren lo inget gak dulu lu sama Chaca gimana? Bikin dia sakit hati haha lo pacaran sama sahabatnya dia sendiri. Lo nyia nyiain orang yang bener bener sayang sama lo Ren. Lo bodoh Ren”
 “Cha kamu ngapain si pacaran sama dia”
“Udah ya Ren, kamu lupain aja aku. Aku seneng ko dulu pernah bisa ada di hati kamu. Aku yakin ko kamu akan nemuin orang yang tulus sama kamu suatu saat nanti”
 “Tapi Cha aku sayang sama kamu Cha, Cha pleas kita balikan lagi Cha, aku mohon”
“Rendi udah ya, gak usah nangis dong. Kamu gak boleh nangis, kamu cowok kuat. Mungkin kita belum jodoh, aku yakin Tuhan akan kasih kamu yang terbaik. Aku udah bahagia sama Fauzi. Tolong jangan ganggu kita ya” Aku dan Fauzi meninggalkan Rendi
 “Cha Maksih ya udah pernah jadi milik aku, aku selalu sayang sama kamu walaupun kamu udah bukan milik aku lagi, makasih buat waktu 9 bulan sama aku. Aku bodoh udah nyia nyiain kamu Cha. CHACA KAMU YANG TERINDAH SAMAPI KAPAN PUN”
   Aku hanya tersenyum menoleh ke belakang, dan melambaikan tangan perpisahan ke Rendi. Aku sudah tidak bisa menerimanya walaupun aku sangat menyayanginya. Dia pernah menjadi bagian yang spesial di hatiku. Mungkin itu hanya untuk masa laluku.

ThankYouGod


   “Mah, kita berlibur ke Yogyakarta. Aku ingin ke sana tempat kelahiranku”
“Tapi kamu masih sakit Cha”
  “Aku baik baik aja mah”
“Pah bagaimana?”
  “Kenapa engga?”
“Bener ya pah, besok kita berangkat ya pah”
   Aku ingin sekali ke Jogja. Aku senang liburan di sini. Sudah lama aku tidak pulang ke kampung halaman. Sahabat sahabatku pun ikut. Saat berangkat menuju Jogja aku sangat merasa sehat. Walaupun kain putih masih di kepalaku karna benturan kecelakaan. Mungkin ini keajaiban Tuhan memberiku kesehatan.
  Di Jogja
      Sesampainya aku di Jogja aku beretemu dengan keluargaku. Aku tidur bersama Fitri. Kadang aku suka benci melihat Fitri karena kejadian dulu. Tapi aku berusaha melupakan semuanya dan menerima Fitri kembali sebagai sahabatku seperti dulu. Rendi dan Fauzi tidur satu kamar.
      Aku ingin berlibur ke Pantai Parangtritis letaknya di Desa Parangtritis Kec.Kretek Kab Bantul. Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir di sekitar pantai, yang biasa disebut gumuk. 
    Menunggu matahari tenggelam dari barat. Membuat suasana semakin romantis. Langit menjadi senja dengan warna jingganya. Sungguh ini keindahan Tuhan. Aku duduk di atas batu besar sembari memandangi ombak laut. Fauzi datang menghampiriku dan duduk disampingku.
   “Cha, kamu udah baikan?”
“iya aku ngerasa semua udah baik baik aja”
  “Oh bagus deh, semoga penyakit kamu hilang. Supaya aku bisa sama kamu selamanya”
“Haha dulu amu kemana aja Ji?”
  “Aku menghilang karena aku tidak ingin mengganggu hubunganmu dengan Rendi, ku fikir dia yang terbaik untukmu”
“Aku ngerasa kehilangan kamu”
  “Sudah ada Rendi di hatimu?”
“Kamu sahabat aku dan pasti aku sangat membutuhkanmu”
  “Maaf ya Cha”
“Iya gapapa ko”
  “Aku mencintaimu Cha”
   Deegggg.. kalimat itu mengingatkan ku kepada Rendi dulu. Yang menyatakan cintanya untukku tapi pada akhirnya ia meninggalkanku bersama sahabatku.
“Aku sudah memendamnya sejak lama. Mungkin ini saatnya aku menyatakannya.”
  “kenapa tidak kamu saja yang dulu bersamaku?”
“Aku takut kamu hanya menganggap ku sebagai sahabat dan tidak lebih”
  “Aku dulu pun menyayangimu”
“Tapi kenapa kamu memilih Rendi?”
  “Dan kenapa bukan kamu yang dulu menyatakan cinta pertama untukku?”
“yasudahlah Cha yang lalu biar lah berlalu! Aku ingin bersamamu untuk hari ini esok dan selamanya”
  “Apa kamu yakin denganku?”
“Iya aku sangat yakin, walaupun ku tau kamu masih menyayangi Rendi dan masih belum merelakannya”
  Mendengar kata Rendi membuat hatiku terasa sakit. Memang aku sangat menyayangi dan masih mencintai Rendi dan masih beraharap bersamanya. Tapi itu semua akan sia sia dia sudah menjadi pacar sahabatku. Fauzi bagaikan pelangi baru yang datang sangat indah. Ku harap Fauzi benar benar mencintaiku dengan tulus.
  Parangtritis menjadi kisah cintaku bersama Fauzi. Aku berharap Fauzi cinta terakhirku. Aku ingin melupakan Rendi yang dulu menyia nyiakanku.
******
     Sudah seminggu aku di Jogja dan aku sudah menesuluri wisata wisata di Jogja seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur, Kettep Pass, Keraton Jogja. Dan aku masih ingin mengunjungi wisata di sini karena Jogja memang sangat istimewa. Lebih istimewa karena aku di temani oleh Fauzi. Dia benar benar menyayangiku. Tidak seperti Rendi. Mungkin Rendi bukan yang terbaik untukku dan Tuhan menggantikannya dengan Fauzi yang tulus.
    Besok aku harus pulang ke Jakarta karena ayahku ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggal. Aku ingin mengajak Rendi,Fitri,Fauzi berlibur ke Bukit Bintang. Bukit bintang salah satu tempat wisata malam yang sangat indah. Kita bisa melihat hamparan kota yang indah. Melihat bintang bertebaran di langit.
 “Kenapa kamu ngajak kita ke sini Cha?”
“Aku mau menikmati saat indah bersama sahabatku”
 “Memangnya kamu mau kemana?”
“Aku gak ke mana mana”
 “Ohiya Cha Fauzi sama Rendi mana?”
“Mungkin dia sebentar lagi datang”
 “Cha maafin aku ya waktu itu ngasih kesempatan untuk Rendi. Aku masih seperti anak kecil. Aku harusnya mengerti perasaanmu saat itu. Aku terlalu bodoh menyakiti perasaanmu”
“Gapapa ko, yang lalu biarkan berlalu”
 “Ohiya Cha, Putri kemana ya ko gak pernah ngasih kabar ke kita?”
“Aku juga engga tau, aku sangat merindukannya”
 “Apa dia lupa dengan kita?”
“Mana mungkin dia melupakan kita, berdoa saja semoga Putri dan keluarganya baik baik”
 “Amiin Cha”
“Ohhiya, Fit kalo kita udah gak ketemu lagi kamu tetap jadi sahabatku ya, dan jangan lupain aku”
 “ko kamu ngomong gitu cha?”
     Fauzi tiba di bukit bintang sendiri dan kemana Rendi. Kenapa Fauzi tidak bersama Rendi.
“Chaca?” melambaikan tangan dari kejauhan
 “Kamu ko sendiri? Rendi kemaana?”
“Dia sudah pulang ke Jakarta karena ada urusan keluarganya yang gabisa di tinggal, kamu kenapa sendiri? Fitri mana?”
 “Ohgitu, Fitri tadi bilang mau beli makanan”
“Kenapa? Kamu kangen sama dia?”
 “Gitu aja cemburu, aku kan Cuma nanya”
“Siapa yang cemburu GeR hahah, ohiya Rendi ngasih ini buat kamu”
 “Surat apa ini?”
“Katanya kamu boleh buka kalo lagi sendiri”
 “Ohiya deh, ko cemberut sih”
“siapa yang cemberut”
 “Itu mukanya hahaha”
   Rendi pergi tanpa pamit kepadaku. Sebenernya aku masih menyimpan rasa rindu kepadanya. Tapi aku berusaha melupakan, melupakan dan melupakan. Karena kini sudah ada yang menggantikan dan mengisi hari hari ku dengan indah, iya Fauzi.
 “Cha ini makananya”
“Ko lama Fit?”
 “Hehe tadi aku makan dulu di sana”
“Oh iya Fit, tolong kasih ke mamah aku ya ini surat buat mereka”
 “Kenapa engga kamu aja yang ngasih?”
“Gapapa, tapi kamu ngasihnya nanti pada waktunya”
 “Tapi kapan?” nanti kamu akan ngerti ko”
“Oh yaudah deh, aku pulang duluan ya ngantuk banget”
   Jarum jam di tanganku sudah menunjukkan angka 8. Di sini aku dan Fauzi menatap bintang bintang yang sangat indah. Dengan di temani angin malam yang sejuk. Hamparan kota Jogja yang indah membuat suasa menjadi romantis di tambah dengan lagu lagu melow yang di mainkan seseorang.
 “Cha, liat bintang di atas sana!”
“Indah ya Ji”
 “Iya sangat indah, seperti kamu”
“Gombal deh kamu”
 “Aku sayang sama kamu Cha,kamu jangan tinggalin aku ya”
“Iya aku janji ko gak akan ninggalin kamu”
 “Aku engga mau kehilangan kamu”
“Lihat bintang di sana, sangat indah namun sulit untuk kita gapai”
 “Di mana pun kamu, aku akan tetap mencintaimu”
   Jarum jam sudah menunjukkan angka 9. Aku dan Rendi menuju ke rumah. Malam ini adalah malam terakhir aku di Jogja dan esok pagi pagi sekali aku harus berangkat ke Jogja.
********
   Sesampainya aku di rumah, Fitri sudah tidur. Aku buka surat dari Rendi. Kurang lebih isinya seperti ini
    Dear Chaca
Haii Cha, maaf ya aku gak bilang ke kamu kalo aku harus pulang duluan karena udah gak ada waktu buat ketemu kamu. Sebenernya aku kangen banget sama kamu. Aku nyesel pernah mutusin kamu demi Fitri. Padahal kamu yang lebih mencintai aku dengan tulus. Tapi aku bodoh menyia nyiakan kamu. Aku masih sayang sama kamu Cha. Kamu mau kan balik lagi sama aku? Sampai ketemu di Jakarta ya Cha.
Salam sayang
Rendi